Sembilan puluh.

4.2K 463 14
                                    

Ayden kini tengah mewarnai buku warna yang baru saja ia dan Renjun beli tadi siang setelah terapi. Terapi hari ini tidak di Villa, melainkan di salah satu tempat bermain yang tidak jauh dari Villa mereka.

"Leddd, bluuuu, yellowwww. Papi cuka yellow, Papa cuka blekkk, denden cuka bluuu, dedek cuka apa ya?" Ia kemudian menoleh pada Mingrui yang tengah jongkok di depan mainannya. "Dedek cuka walna apa? Ni akak mau gambal kelualga kita"

Mingrui tidak menjawab, ia kini tengah berusaha sekuat tenaga mengeluarkan emas dari tambangnya.

"Dedek napa?" Ayden mendekat. "Uhh! Bauuu! Papiiiii dedeknaaa pupupppp" adu Ayden mencari Renjun yang tengah mencuci piring di dapur.

"Papa mana?" Tanya Renjun.

"Tuh" tunjuk Ayden kepada Guanlin yang tertidur di atas sofa.

"Astaga disuruh jagain malah tidur" Renjun mematikan keran kemudian mendekat pada Mingrui. "Dedek pupup ya sayang?" Mingrui mengangguk pelan membuat Renjun terkekeh. "Ya udah, diselesaiin dulu dek sampe selesai"

"Dedek jolok ya, pupup ndak di kamal mandi" ucap Ayden membuat Renjun menoleh dan terkekeh.

"Kamu dulu juga gitu tau kak. Malah kamu dulu susah banget buat pupup di kamar mandi"

"Mang iya Pi? Maca cih? Ndak ah"

"Tuh mirip banget sama bapaknya ngeyelan" lanjut Renjun sembari terkekeh.

"Dahdahhhhhb pwiiii" oceh Mingrui

"Ya udah berdiri dek"

Mingrui menggeleng, Renjun melihat celana Mingrui menggembung menandakan popok yang ia gunakan sangat penuh.

"Ndak bica beldili ya dekk? Penuh pempelsnya"

Renjun terkekeh, "sini Papi gendong" ia menggendong Mingrui "nak ganteng bauuu banget pupupnyaaa kayak Papa" godanya.

Ayden kembali mewarnai buku warnanya membiarkan Renjun membersihkan kotoran Mingrui. Ayden terjingkat mendengar suara dengkuran Guanlin. Ia kemudian menoleh dan seketika ide jail pun ada di otaknya. Cukup lama ia berkutat dengan projek rahasianya, ia kemudian terkekeh melihat hasilnya.

Tidak lama bunyi bel membuat Ayden menoleh. "Kakkkk. Tolong bangunin papanya kak. Ada kurir" teriak Renjun.

"Ciap Pi" Ayden kembali mendekat pada Guanlin. "Papaaa, banun, ada kulil" ucapnya sembari menggoyangkan lengan Guanlin.

Guanlin melenguh pelan, ia kemudian membuka matanya. Ayden menahan tawanya melihat Guanlin.

"Kenapa lu cil ketawa ketawa?" Tanyanya.

"Papa ada kulil"

Guanlin mendudukan dirinya, mengusap matanya pelan. "Dedek mana?"

"Pupup cama Papi"

Guanlin hanya mengangguk ia kemudian berjalan ke depan membuka pintu.

"Iya Bli?"

"Pak ini—" kurir tersebut sontak terdiam dan menahan tawanya sejenak. Guanlin mengerutkan keningnya.

"Anter apa Bli?"

"Ini, antar makanan"

"Oh iya. Udah di bayar?"

"Sudah Pak" lanjutnya masih menahan tawa.

"Ya sudah makasih ya"

"Sama sama pak"

Guanlin kembali menutup Pintu dan membawa makanan yang dipesan Renjun masuk. "ALIN!!" Pekik Renjun kaget membuat Guanlin ikut kaget.

"Apa sih yang?!"

Kisah Papa Papi - GuanrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang