Delapan puluh.

4K 497 26
                                    

Renjun dan Kun kini berada di tempat penjual nasi goreng yang sudah menjadi langganan mereka dari kecil itu. Renjun mendudukkan dirinya disamping Kun yang baru saja selesai memesan dua porsi untuk mereka.

"Gapapa kan dek lo makan ini?" Tanya Kun memastikan jika adiknya itu boleh makan nasi goreng.

"Gapapa bang"

Kun mengusap pelan kepala Renjun. "Lagi berantem sama Alin ya? Kenapa? Cerita sama Abang sini"

Renjun menghela pelan, ia menunduk memainkan jari jarinya. "Ini salah adek, bang"

"Salah kenapa?"

"Adek gak langsung bilang ke Alin kalau hamil. Adek diemin Alin karena kesel dibikin hamil lagi. Padahal kan itu anugerah ya bang? Tapi adek juga sempet kepikiran buat gugurin. Itu yang bikin Alin marah banget"

Kun jelas kaget dengan cerita adiknya itu. Kenapa adiknya bisa berfikiran pendek seperti itu. "Dek? Serius?!"

Renjun mengangguk pelan, membuat Kun menghela. "Adek tau kalau adek salah bang" lanjut Renjun.

Kun merangkul Renjun dan mengusap pelan lengan adik satu-satunya itu. "Bagus kalau adek tau adek salah. Abang juga bakal marah banget kayak Alin kalau Yangyang kayak gitu. Tapi yakin dek, Alin gak bakal bisa marah lama sama adek. Yang penting adek udah minta maaf kan?" Tanya Kun dan di angguki Renjun.

"Tapi Alin diemin adek. Adek sedih"

"Gapapa, dia cuma butuh waktu dek"

Renjun menghela, "nanti coba minta maaf lagi ya?" Lanjut Kun diangguki Renjun.

Setelah menghabiskan waktu sekitar satu jam diluar, Renjun dan Kun akhirnya memilih pulang. Mereka pulanh dengan keadaan rumah sudah sepi dan hanya ada Ayah yang duduk di depan televisi menonton siaran langsung pertandingan bola.

"Udah balik? Cepet amat?"

"Udah malem yah. Si Adek butuh istirahat" jawab Kun.

"Oh iya juga ya"

"Kok Ayah sendirian? Alin mana?" Tanya Renjun sembari menoleh ke penjuru rumah.

"Di rumahnya. Katanya mau tidur disana bareng Ayden. Kamu tidur aja dek, udah malam"

Renjun terdiam, pasti suaminya itu tengah menghindarinya. "Ya udah, adek naik dulu ya? Ngantuk"

Ayah dan Kun mengangguk berbarengan. Renjun pun naik dan masuk ke kamarnya. Ia melihat keluar jendela sejenak melihat ke sebrang dimana kamar Guanlin berada. Lampu di kamar itu padam, menandakan suaminya pasti sudah tertidur. Renjun pun memilih untuk tidur dikamarnya sendiri malam ini, karena percuma jika ia kesana pun pasti sudah terkunci.

Pagi harinya Renjun terbangun karena Yangyang membangunkannya. "Ren, bangun" panggil Yangyang sembari menggoyangkan lengan Renjun.

Renjun membuka matanya. "Jam berapa yang?"

"Jam 8 pagi"

"Astaga, siang banget. Anak anak gue udah bangun belum ya?" Ucapnya sembari mengusap mata dan mendudukan dirinya.

"Udah. Lagi jalan jalan pagi sama Bunda, anak gue sama mertua lo juga" Yangyang memperhatikan wajah Renjun sejenak, "lo tidur sambil nangis ya?"

"Hah? Enggak?"

"Mata lo bengkak banget. Cuci muka dulu sana Ren, gue ambilin air dingin buat kompres mata lo ya?"

Renjun mengusap matanya. "Eh, gak perlu Yang. Gue mandi aja biar segeran"

"Oh oke deh. Gue tunggu bawah ya?"

"Siap" ucap Renjun kemudian membuat Yangyang keluar.

Setelah beres mandi dan memastikan matanya sudah tidak terlalu bengkak, Renjun pun turun. Ia hanya mendapati Kun dan Yangyang yang berada di meja makan.

Kisah Papa Papi - GuanrenWhere stories live. Discover now