Sembilan puluh sembilan.

3.4K 464 38
                                    

Guanlin memperhatikan Renjun yang sedang memasak di dapur, ia memperhatikan bagaimana cekatannya suaminya itu dalam memotong beberapa sayuran. Ia kemudian terkekeh sembari mendekat dan langsung memeluk Renjun dari belakang.

"Ya Tuhan!" Kaget Renjun.

Guanlin terkekeh, menyandarkan dagunya di pundak Renjun. "Serius amat" ucapnya membuat Renjun mendengus.

"Gue nyuruh lo jagain anak anak, ngapain malah nyusulin gue ke dapur?"

"Anak anak lagi anteng kok"

"Udah ah lin, gue gak bisa gerak nih" ucap Renjun menarik tangan Guanlin dari pinggangnya.

Guanlin melepaskan pelukannya kemudian bersandar pada kulkas memperhatikan Renjun.

"Lo jadi mau mobil apa yang? Gue ajakin ke showroom dari kemarin gak mau"

Renjun menoleh, "Gak dulu deh lin. Buat keperluan yang lain aja"

Guanlin menghela, "duit gue banyak, keperluan yang lain udah ada tabungannya sendiri" ucapnya membuat Renjun berdecak.

"Gak boleh sombong!" Tegurnya membuat Guanlin terkekeh.

"Seriusan ini, lo mau ganti mobil apa yang?"

Renjun menghela, meletakan pisaunya dan bergeser menoleh Guanlin. "Gue lagi gak kepikiran mobil, ketimbang beli mobil mending lo beli sesuatu yang lo pengenin. Lo pengen apa?"

"Kok gue?"

"Lo kan selalu mikirin gue, kakak sama dedek pengennya apa. Gantian sekarang gue tanya lo pengennya apa? Pengen beli sesuatu gak? Atau pengen ngapain? Sekiranya yang belum lo wujudin"

Guanlin diam sejenak, menatap raut serius Renjun. "Ada yang gue pengenin. Tapi gue tau gak mungkin dan kita udah sepakat untuk itu"

Renjun ikut diam, ada hal yang langsung terpikirkan olehnya. "Anak?" Tanyanya yang langsung membuat Guanlin menggeleng.

"Enggak"

"Terus apa? Wah!? Jangan jangan suami kedua?!" Pekik Renjun mengambil pisaunya lagi dan menodongkannya kepada Guanlin membuat Guanlin langsung mundur.

"Gak lah! Gila aja" jawabnya menggeser pisau Renjun menjauh.

"Terus apa dong?"

"Rahasia" goda Guanlin membuat Renjun memelototkan matanya tajam.

"Ah kesel gue!"

Guanlin terkekeh, "main basket bareng yuk? Mau gak?"

"Ya elah. Kalau itu gak mau gue. Udah tau sendiri gue bego main bola"

"Tapi kalau mainin bola gue pinter banget?"

"GUANLIN!?!!" Tegur Renjun membuat Guanlin terpingkal.

"Bercandaaaa sayang"

"Mulut gak ada filternya! Gue aduin Mama biar dimasukin lagi lo ke perut"

"Kalo gue masuk lagi, lo jadi duda dong?"

"Sialan!" Renjun berdecak kemudian kembali menoleh pada masakannya. "Ya Tuhan!! GOSONGGGG ALINNNN!!!"

Guanlin ikut mendekat dan melebarkan matanya, telur yang Renjun goreng tadi beneran sudah menjadi hitam. "Eh buka buka jendelanya, astaga sampe berasep"

Renjun kembali berdecak mematikan kompornya. "Lo si ah! Udah ah gak mood masak gue. Beli makanan aja!"

Guanlin kembali terkekeh, "iya udah beli aja. Mau makan apa?"

"Serah" ucap Renjun mencuci tangannya dan menuju ruang tengah dimana anak mereka berada.

"Yaaa ngambek" Guanlin mengikuti Renjun sembari terkekeh, tadi bukan salahnya yang menyebabkan telur yang di goreng Renjun menjadi gosong.

Kisah Papa Papi - GuanrenWhere stories live. Discover now