empat puluh sembilan.

4.6K 635 62
                                    

Renjun masih terdiam bersama Mingrui di pangkuannya. Begitu juga Guanlin yang mendudukan dirinya di sofa tunggal.

Mereka berdua sama sama tidak membuka suaranya setelah ucapan Renjun terakhir kali. Renjun membiarkan Guanlin mencerna apa yang ia katakan.

Sebenarnya apa yang mereka lakukan kali ini karena merasa jika Mingrui membutuhkan lebih banyak perhatian karena bayi yang baru lahir itu belum bisa apa apa. Namun ternyata mereka melupakan satu hal.

Ayden, anak sulung mereka juga membutuhkan perhatian lebih. Ayden yang terbiasa mendapat perhatian dari kedua orang tuanya, kini harus berbagi kasih sayang dengan adiknya yang baru lahir.

Batita yang baru berusia dua tahun lebih beberapa bulan itu membutuhkan perhatian yang ekstra. Ia belum bisa paham betul mengenai arti berbagi. Di dalam pikiran bocah mungil itu ia hanya perlu berbagi mainan atau ice cream dengan adiknya, bukan berbagi kasih sayang atau perhatian.

Ayden masih memerlukan Guanlin untuk mengajaknya bermain, ia masih memerlukan Renjun untuk menyanyikan lagu penghantar tidur untuknya. Ia masih membutuhkan kasih sayang secara lengkap dari kedua orang tuanya.

Ayden memang sering sekali menjahili Guanlin, namun itu adalah salah satu cara ia menarik perhatian dari Papanya. Memang tidak terlihat, namun Ayden sangatlah menyayangi Papanya. Guanlin akan menjadi orang nomer satu yang Ayden cari jika batita itu tengah sakit. Pelukan dan perhatian dari Guanlin lah yang akan mempercepat penyembuhannya.

Tak terasa, air mata Renjun turun mengingat apa yang terjadi beberapa menit yang lalu. Ia merasa gagal dalam menjaga Ayden. Harusnya ia lebih mempersiapkan hal hal seperti ini.

Guanlin yang sedaritadi menundukpun kini mendongakan wajahnya ketika mendengar isakan dari suaminya. Renjun menangis sembari memeluk anak bungsunya.

Guanlin buru buru mendekat dan memeluk perlahan Renjun. Ia sandarkan kepala Renjun di dadanya.

"Lo gak perlu nangis, yang. Lo udah hebat. Gue yang salah disini. Saking senengnya gue punya anak lagi, gue sampai ngabaiin kakak"

Renjun masih tetap diam dan terisak. Guanlin mengusap pelan punggung Renjun dan memberikannya satu kecupan di kening. "Gue nyusul kakak dulu ya?" Ujarnya sembari melepas perlahan pelukannya pada Renjun.

Renjun mengangguk, membuat Guanlin bangkit dari duduknya dan segera menuju taman depan.

"Kakk" panggil Guanlin kepada Ayden yang tengah bermain ayunan bersama Leo itu.

Ayden menoleh. "Apa pwa?" Ayden memalingkan wajahnya kepada Leo. "Om yeoooo agiiii yang kencengg"

Leo terkekeh dan sedikit menguatkan dorongannya pada ayunan yang dinaiki Ayden.

"Sini yo, biar gue aja yang dorong" ucap Guanlin menghampiri Leo

"Om Yeo aja Pwa. Pwapa kok dicini? Dedek capa jagain?"

"Kan ada Papi, kak" jawab Guanlin sembari mengambil alih posisi Leo

"Nti dedek nyaliin Pwapa"

"Enggak. Dedek udah main terus tadi sama Papa. Sekarang giliran kakak main sama Papa"

Leo yang melihat interaksi antara bapak dan anak itu sedikit kebingungan. Begitu juga Lea yang tengah memakan ice creamnya yang ia beli di gazebo.

"Kenapa?" Ucap Lea tanpa bersuara. Leo yang paham hanya menggidikan bahunya tanda tak mengerti.

"Om Yeo, om yeooo" panggil Ayden

"Kenapa den?"

"Om yeo becok main yagi ya?" Ucap Ayden yang di angguki Leo.

Kisah Papa Papi - GuanrenWhere stories live. Discover now