Delapan puluh empat.

4.3K 457 86
                                    

Seminggu lagi adalah ulang tahun pertama dari Mingrui. Sudah semenjak 1 bulan yang lalu Renjun memikirkan akan mengadakan pesta seperti apa untuk anak bungsunya itu. Renjun mencoba mencari referensi tema apa yang cocok untuk ulang tahun Mingrui dan dimana pesta itu akan diselenggarakan.

"Lin, gue tiba tiba kepikiran deh" ucap Renjun yang kini tidur berbantalkan dada Guanlin. Mereka berdua tengah berada dikamar dan masing-masing sibuk dengan ponselnya dari beberapa menit yang lalu.

Guanlin mematikan ponselnya, menunduk pada Renjun. "Apa?"

"Dedek kan mau ulang tahun, gimana kalau kita adain di panti asuhan? Udah lama gak sih kita gak ke panti asuhan? Sekalian ngajarin mereka buat berbagi lagi"

Guanlin berfikir sejenak, tangan kanannya bergerak mengusap pinggang Renjun. "Tapi yang, kalau di panti asuhan kita adain sederhana aja ya? Gue gak mau bikin anak anak disana ngerasa sedih karena ngelihat keluarga kita. Mereka gak seberuntung anak anak kita, yang. Paham kan maksud gue?"

Renjun mengangguk, "kalau gitu kita rayain sederhana aja Lin. Terus bawa mainan buat mereka"

"Boleh. Itu mainannya kakak kan masih banyak, suruh pilah mana yang dia udah enggak mau mainin buat disumbangin. Terus nanti juga ajak kakak beli buat disumbangin juga"

"Lo kapan ada libur?"

"Gue sebenernya udah banyak ambil jatah gak kekantor bulan ini. Tapi gapapa, gue usahain pas hari ulang tahun Rui gue libur"

"Beneran gapapa? Atau mau pas hari minggunya?"

"Gapapa sayang. Tapi terserah lo maunya hari apa. Nanti gue suruh Daehwi hubungi panti asuhannya"

"Tapi nanti dirumah diadain acara kecil-kecilan ya? Kayak kakak dulu"

"Iya. Atur aja, gue percaya sama lo"

Renjun terkekeh. "Minta duit" lanjutnya

"Iya besok bawa aja kartu gue"

Renjun melebarkan senyumnya, mencium sekilas dagu Guanlin. "Tau gak sih lin, gue denger banyak yang pengen banget punya suami kayak lo"

"Emang iya? Wah laku banget dong gue ya? Lo ngerasa beruntung gak punya suami yang disukai banyak orang gini?"

Renjun berdecak, tuh kan Guanlin kalau dipuji dikit langsung gede palanya. "Kemarin Daehwi cerita dia kadang pusing banget kalau ngadepin klien yang caper ke lo. Terus gue kemarin gak sengaja tuh denger ibu ibu depan komplek muji muji lo katanya aduh enak banget ya kalau jadi istrinya pak Guanlin, orangnya ganteng, baik, kaya raya lagi"

Guanlin terkekeh. "Ini lo cemburu apa gimana?"

"Ya enggak, gue cuma cerita"

"Itu tandanya lo disuruh bersyukur punya suami kayak gue. Soalnya banyak yang mau sama gue, jadi jangan di galakin mulu ini suaminya"

Renjun kembali berdecak, ia kemudian memindahkan posisinya disamping Guanlin. "Eh lin, tapi gak kerasa ya, Rui udah 1 tahun terus Ayden mau 4 tahun bentar lagi masuk TK. Cepet banget ya gedenya"

Guanlin mengangguk setuju. "Nanti pacar mereka siapa ya yang? Gue nanti mau pura pura jadi camer yang galak ah. Nanti kalau ada yang deketin kakak gue suruh push up 100 kali, lari keliling lapangan 30 kali, terus tiap malam mingguan gue suruh bawain martabak"

Renjun mencubit pelan pinggang suaminya. "Lo tuh gak boleh gitu, emang dulu ayah gue pernah nyuruh lo kayak gitu? Lo ke rumah gue aja gak bawa apa apa"

"Ya soalnya rumah kita sebelahan? Kecuali pacar kakak rumahnya sebelahan sama rumah kita, baru gue bebasin"

"Siapa? Chenle? Jisung?"

Kisah Papa Papi - GuanrenWhere stories live. Discover now