enam puluh satu.

4.9K 599 54
                                    

Seperti biasa, Renjun terbangun pukul enam pagi. Dengan keadaan masih setengah sadar, Renjun dapat melihat suaminya itu sudah memakai baju lengkap hendak berangkat ke kantor.

"Lin, lo ngigau ya? Ini masih jam enam, kenapa udah mau berangkat aja? Biasanya jam delapan atau Sembilan?"

Guanlin yang buru buru itu sontak menoleh. "Yang, ini lagi penting. Ada masalah di kantor, gue baru aja di telfon bagian pengadaan di kantor"

"Hah? Kenapa?"

"Nanti aja gue cerita pas pulang. Tolong dasi gue yang"

Renjun buru buru bangkit, ia segera menuju lemari dan mencarikan dasi yang cocok dengan pakaian yang sudah dikenakan oleh suaminya. Ia segera mengikuti Guanlin turun dan memasangkan dasi kepada Guanlin yang sedang memakai kaos kaki dan sepatunya.

"Gue berangkat ya?" pamit Guanlin sembari mencium kening Renjun.

"Sarapan?"

"Nanti aja gampang"

"Lo kalau nanti nanti tuh pasti lupa makan"

Guanlin berbalik sebelum masuk ke dalam mobilnya. "Gue gak ada waktu berdebat dulu. Gue pasti makan nanti" ucapnya yang kemudian masuk ke dalam mobilnya setelah membuka pagar.

Renjun hanya menghela pelan kala mobil Guanlin mulai meninggalkan rumah mereka. Ia pun memutuskan menutup pagar rumah mereka dan kembali ke dalam rumah untuk membuat sarapan sebelum kedua anaknya bangun.

Setelah sarapan sudah siap, Renjun kembali naik dan membangunkan anak sulungnya, Ayden. Jika biasanya ada Guanlin yang membantunya memandikan Ayden dan dirinya yang memandikan Mingrui, kini Renjun harus bergantian memandikan keduanya.

Renjun lebih dulu mengajak Ayden untuk mandi sebelum Mingrui terbangun. Ayden bangun dengan sedikit rewel karena mencari Papanya, namun untung saja bisa di bujuk oleh Renjun.

Bertepatan dengan mereka keluar dari kamar mandi, Mingrui pun terbangun.

"Cup cup cup, dedekna akak no klaiii oteyy? Pwapi macih ambil baju buat akak hihi akak abis mandi cama Pwapi coalnya Pwapa dah ilang ke kantol" celoteh Ayden sembari menepuk pantat Mingrui.

"Kak, pakai baju ini mau?" tanya Renjun karena Ayden akhir akhir ini sangat selektif dalam memilih pakaian.

"No! malin dah pake bumbum Pwapi, cekalang mawu pake baju yang di beyiin om ayang"

"Oh, baju yang gambar Winnie the Pooh itu?"

"Iyaa!!! Uning"

Renjun kembali berbalik mengambilkan baju yang dimaksud anak sulungnya itu dan kembali lalu memakaikannya.

"Kakak main bentar sendiri gapapa ya? Papi mau mandiin adik dulu"

"Iyaa, akak pilihin baju buwat dedek boyeh?"

"Boleh sayang. Tapi pelan pelan ya, jangan di acak acak bajunya"

"Ciyap!"

Renjun segera membawa Mingrui ke kamar mandi dan memandikannya menggunakan air hangat yang telah ia siapkan. Ia masih dapat mendengar suara Ayden berceloteh, tandanya semua masih terkendali. Karena jika tidak ada suara, tandanya Ayden tengah melakukan sesuatu yang buruk.

"Sudah kak?" Tanya Renjun setelah ia kembali dan mendapati Ayden dengan pintarnya telah menyiapkan semua keperluan adiknya di atas ranjang.

"Cudah!" Ayden menggeser tubuhnya kala Renjun meletakan Mingrui di atas ranjang. "Halumnyaaa, udah mandiiii" celotehnya sembari menciumi adiknya.

"Wah pintar banget kakak pilih bajunya. Adik senang nih pasti"

Baju yang dipilih Ayden cukup simpel, ia hanya mengambilkan baju terusan polkadot dan selimut beruang.

Kisah Papa Papi - GuanrenWhere stories live. Discover now