Delapan puluh tujuh.

3.5K 486 58
                                    

Hari ini Guanlin akan pulang telat, ia sudah meminta ijin terlebih dahulu kepada Renjun. Ia juga meminta agar Renjun tidak menunggunya karena kemungkinan ia baru sampai rumah sekitar pukul 1 pagi.

Kegiatan Guanlin hari ini sangat padat. Tiba tiba saja ia mendapatkan kabar jika proyek yang ia pegang di Bandung terdapat sedikit kendala. Ia pun dengan segera berangkat kesana pukul 3 sore.

Renjun menepuk pelan pantat Mingrui yang sedikit merengek kemudian naik ke atas tubuhnya. Ia hari ini memang sengaja membawa kedua buah hatinya itu tidur di kamar utama, agar lebih mudah jika ada apa apa karena Guanlin tidak menemaninya.

"Piii... Cuuu" rengek Mingrui tanpa membuka matanya.

Renjun kali ini lupa menyiapkan susu untuk Mingrui karena biasanya Mingrui akan dipegang oleh Guanlin dan Renjun menyiapkan susunya, ia kemudian menggendong Mingrui yang tidak mau ditinggalnya itu untuk turun ke dapur menyiapkan susu.

Saat tengah menyiapkan susu dengan Mingrui di gendongannya, samar sama Renjun mendengar sesuatu dari luar rumahnya. Ia melirik ke jam dinding yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Jam menunjukkan pukul setengah 1 malam.

"Lin?"

"Paa?"

Tidak ada jawaban. Kalau Guanlin pulang, ia pasti sudah mendengar suara mobil masuk ke garasi rumahnya. Namun kali ini tidak ada suara mobil berhenti di depan rumah atau masuk ke garasi.

"Cuuu" rengek Mingrui membuat Renjun memberikan susu yang telah ia buat.

"Bobo lagi ya dek?" Ucapnya sembari menimang Mingrui sejenak.

Renjun kemudian berjalan hendak kembali ke kamar, namun langkahnya terhenti kala seseorang membekapnya dari belakang. Tubuh Renjun seketika menegang, kala ia menyadari sesuatu hampir menusuknya di belakang.

"Jangan bergerak, atau gue bunuh lo sekarang" ucap orang dibelakangnya yang sudah hampir menancapkan benda tajam di punggung Renjun. Renjun bahkan sedikit meringis kala entah pisau atau apapun itu sedikit menusuk dirinya.

Renjun diam, ia semakin mengeratkan pelukannya pada Mingrui. "Dimana lo nyimpen brankas?" Tanya orang itu.

Renjun menggeleng. "Jawab!" Bentaknya membuat tubuh Renjun terjingkat dan Mingrui yang kaget langsung menangis.

"Sialan!" Umpat orang bertubuh tinggi itu. "Lo ambil bayi ini" suruhnya kepada anak buahnya.

Renjun semakin mengeratkan dekapannya pada Mingrui dan menggeleng enggan melepaskan bungsunya itu. "Jangan, jangann saya mohon"

"Cepat kasih tau gue dimana lo nyimpen semua berkas dan harta lo!!"

Renjun mencoba berfikir dengan cepat dan tepat. Ia dan Guanlin menyimpan beberapa berkas penting dan harta mereka di brankas kamar dan sisanya di ruang kerja. Di kamar utama kini ada Ayden yang sedang tidur, jika ia ke kamar, maka Ayden juga akan dalam bahaya.

"Cepat!"

"Hikksss, pipipiiiii" Mingrui mulai menangis mendengar suara bentakkan itu membuat Renjun panik dan mencoba menenangkannya.

"Di.. di ruang kerja"

"Cepat tunjukin gue dimana letaknya!"

Renjun memejamkan matanya sejenak, kemudian menarik nafasnya pelan mencoba mengumpulkan keberaniannya. Perlahan kakinya melangkah membawa 3 orang ikut dengannya menuju ruang kerja Guanlin.

"Cepet buka brankasnya!"

Renjun dengan tangan gemetar mulai menekan pin hingga brankas terbuka. Salah satu dari mereka kemudian membuka brankas itu dan mengeluarkan semua isinya.

Kisah Papa Papi - GuanrenWhere stories live. Discover now