dua puluh sembilan.

6K 700 101
                                    


Renjun terbangun dari tidurnya, ia mendesis pelan merasakan pinggangnya yang sedikit nyeri. Dalam hati ia mengumpati Guanlin karena bermain terlalu kasar tadi malam.

"Eumm.. jam berapa ya sekarang?" Renjun menarik ponselnya yang berada di atas nakas, ia pun membulatkan matanya melihat jam yang tertera di ponsel

"Linn!! Guanlin bangun!!" ucapnya sembari meraba raba sampingnya. Hening, tidak ada jawaban, Renjun pun menoleh

"Lah? Guanlin mana? Kok gak ada?!"

Renjun memeriksa keseliling mencari keberadaan Guanlin, namun nihil.

"Apa mandi ya? Tapi gak ada suara air"

Renjun memutuskan bangkit, ia meraba pinggangnya sebentar, masih terasa nyeri. Renjun pun menarik piyamanya yang terjatuh di lantai dan memakainya. Renjun memeriksa kamar mandi terlebih dahulu, tetapi tidak ada.

"Gue telfon aja kali ya?"

Renjun memutuskan menelfon Guanlin, namun sial! Ponsel Guanlin ternyata masih di kamar.

"Oh? Apa di kamar Ayden?"

Renjun memilih membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, masih terasa sangat lengket karena kegiatan tadi malam. Ughh.. jika mengingatnya, pipi Renjun langsung bersemu.

Setelah ia membersihkan tubuhnya, Renjun pun melangkahkan kakinya menuju kamar Ayden. Harusnya bocah mungil itu sudah bangun, karena seperti kebiasaan, Ayden akan bangun paling lambat pukul tujuh pagi.

"Lin? Alin?"

Sepi, itu yang Renjun rasakan saat ini. Tidak ada celotehan Ayden maupun Guanlin. Ia seperti benar benar sendiri di rumah. Dan benar saja, sesaat dirinya sampai di kamar Ayden, ternyata anak sulungnya itu juga tidak ada.

Renjun mengerutkan keningnya, mencoba mencari ke lantai bawah, dan ternyata tidak ada. Renjun sudah merasa sangat panik sekarang, kemana perginya dua orang itu? Renjun berfikir bisa saja Guanlin membawa Ayden ke kantor, atau ke rumah orang tua mereka.

"Masa Guanlin gak bangunin gue sih? Kemana juga mereka?"

Renjun berjalan keluar rumahnya, ternyata mobil Guanlin masih di garasi, mobilnya juga.

"Mobil, motor di garasi. Terus Guanlin kemana ya?"

Renjun masih mencoba berfikir, gak mungkin kan suami dan anaknya hilang begitu saja? Lagian siapa juga yang mau nyulik mereka? Kalau Ayden sih pasti masih ada yang mau nyulik, karena anaknya itu lucu dan menggemaskan. Tapi kalau Guanlin? Hanya pelakor saja yang berniat nyulik.

"Apa dia main ke sebelah ya?"

"Cek aja deh"

Renjun menutup pintu rumahnya, ia bergegas ke rumah Haechan terlebih dahulu, dan ternyata bertepatan Haechan akan pergi keluar.

"Ngapain lo pagi pagi kesini?" tanya Haechan

"Laki gue disini gak?"

"Ya kagak lah. Aneh aneh lu nyari laki lo di rumah gue"

Renjun mencebik, "Ck! Kan barangkali dia main kesini"

"Kagak, tapi gue tadi kayaknya liat dia sama Jeno deh"

"Lah? Gak kerja Jeno?"

"Ya mana gue tau"

"Terus lo mau kemana?"

"Ini, nganter berkasnya kak Mark sekalian mau ke rumah mae. Kangen sama cucunya katanya"

Renjun mengangguk, "ya udah deh gue ke Nana aja. Barangkali tuh orang disana. Sekalian salamin ke Mae sama Papa lo ya"

Kisah Papa Papi - GuanrenWhere stories live. Discover now