dua puluh delapan.

6.4K 712 100
                                    


"Pwaa"

"ASTAGA!!"

Brukkk

Guanlin jatuh terjungkal dari kursi yang ia duduki karena kaget dengan kehadiran tiba tiba dari seseorang di sampingnya.

Guanlin mengatur nafas sembari memegang dadanya yang benar benar seperti berhenti berdetak barusan.

"Astaga, kakkk!! Kenapa ngagetin papa sih?" tanyanya kepada Ayden yang dengan tiba tiba bocah mungil itu berada di sampingnya yang tengah mengerjakan beberapa berkas

Ayden terkekeh, "Ukain" ucapnya sembari mengulurkan sekotak susu kepada Guanlin

Guanlin masih mencoba mengatur kembali nafasnya, ia benar benar kaget bukan main karena bukan hanya kehadiran Ayden yang tiba tiba, tapi juga penampilan Ayden yang membuat kagetnya melebihi batas.

Siapapun akan merasa kaget jika tengah fokus mengerjakan sesuatu lalu dengan tiba tiba terdapat bocah mungil yang hanya memakai popok dan tubuh penuh bedak berdiri di sampingnya.

"Kak? Kamu bukannya tidur ya sama Papi? Terus kenapa ini begini?" Guanlin menghela nafas sebentar, "aduh kak, ini bedak apa lagi? Kamu tuh beneran kayak tuyul tau gak. Papa tadi sampek mikir ini pesugihan siapa yang nyasar kesini. Ini juga kamu kok bisa turun sih? Turun tangga sendiri? Kan Papa—"

"Ukain, Pwa!!" potong Ayden ketika Guanlin tanpa henti mengomelinya

"Ets! Berani bentak papa ya sekarang? Minta yang baik dulu" Guanlin berdiri dan kembali mendudukan dirinya di kursi

"Papwaa, ukain pweaseee"

Guanlin menerima uluran kotak susu dari Ayden dan membukanya kemudian memberikannya pada Ayden. "Papi mana? Kamu kok turun sendiri?"

"Pwi boboo"

Guanlin melirik belakang Ayden, bocah mungil itu kemudian berjalan menjauh dan mendudukan dirinya di karpet ruang tengah.

"Astaga, kakak!" Guanlin seketika panik ketika melihat lantai penuh dengan bedak yang berasal dari langkah kaki Ayden

Guanlin bangkit, ia mematikan laptopnya kemudian berjalan mengikuti jejak langkah Ayden. "Kak, kamu disini bentar ya. Papa mau naik bentar, ini astagaaa, haduhhh.. kalau Papi tau, bisa habis kita berdua" ucapnya yang kemudian naik ke lantai atas

Nafas Guanlin tercekat ketika melihat kerusuhan yang anak sulungnya itu lakukan. Bedak bedak yang bertebaran di lantai, minyak telon yang terbuka dan tumpah, baju serta mainan yang berserakan di kamar Ayden.

Guanlin menghela nafas pelan, bagaimana bisa Ayden melakukan ini semua saat Papinya itu dengan nyenyaknya tidur di ranjang Ayden. Tadi memang Renjun dan Ayden naik terlebih dahulu karena sudah waktunya Ayden tidur siang, namun siapa sangka, yang tidur bukannya Ayden, malahan Renjun.

Guanlin menjambak rambutnya frustasi. Yang ada di benaknya sekarang hanyalah bagaimana caranya membersihkan kekacauan ini sebelum suami mungilnya bangun.

Setelah kembali menghela nafas berat, Guanlin pun mulai membereskan mainan Ayden, setelahnya ia merapikan kembali baju baju milik Ayden.

Guanlin bergerak sepelan mungkin agar Renjun tidak terbangun, setelah semua beres, barulah Guanlin mengambil sapu dan pel untuk membersihkan lantai. Sekitar dua puluh menit waktu yang Guanlin butuhkan untuk membersihkan semua kekacauan itu.

Setelah selesai membereskan kekacauan yang Ayden lakukan di atas, Guanlin pun kembali turun sembari mengepel lantai yang terdapat jejak dari kaki mungil Ayden. Namun tugasnya belum selesai, ia kini mendapat satu tugas tambahan lagi, yaitu mengangkat Ayden yang ternyata sudah tertidur di atas karpet sembari memeluk boneka racoon kesayangannya.

Kisah Papa Papi - GuanrenWhere stories live. Discover now