Bonus chapter 2

3.5K 434 15
                                    

"Papi, five plus seven it's ten?" Tanya Ayden yang kini tengah mengerjakan tugas sekolahnya di meja belajarnya itu. Sedangkan Renjun menemani sang buah hati sembari melipat baju milik Ayden dan mengawasi Rui yang tengah bermain disampingnya.

"Kok ten? Kakak kalau punya permen five terus Papi kasih lagi seven, jadi berapa?"

"Jadi terimakasih, Papi" jawab Ayden yang sontak membuat Renjun tertawa kencang.

"Kok makasih sih??"

"Iya kalau dikasih permen kan harus bilang makasih?"

"Astagaaaa" Renjun kembali terkekeh. "Jadi ada berapa permennya kakak?"

"Emm, lima tambah tujuh. Enam, tujuh, delapan, nine, ten, sebelas, dua belas? Twelve Papi?"

"Nah betul"

"Kalau dedek minta permen kakak yang twelve itu tiga, jadi permen kakak ada berapa?"

"Dedek gak boleh makan permen, jadi tetap twelve"

Renjun menepuk dahinya, "astagaa, anak Guanlinnnn"

"Papiiii, Papa nana ya?" Kini giliran Rui yang merengek mencari Papanya karena ia sudah mengantuk dan Guanlin belum pulang.

Renjun kemudian melihat ke arah jam di dinding kamar kedua buah hatinya itu, sudah pukul 8 malam dan suaminya belum pulang padahal tadi pagi Guanlin janji untuk pulang sebelum makan malam.

"Papa masih kerja dek. Dedek ngantuk ya?"

Rui mengangguk, ia kemudian naik ke pangkuan Renjun dan mulai mendusel di dada Renjun. "Kakak tugasnya udah selesai?"

"Tinggal satu! Papi kalau yang X tuh berarti kakak harus tambah angka yang sama sebanyak yang diminta?" Tanya Ayden sedikit bingung.

"Iya, misal kakak punya permen 2 terus di kali 3. Nah anggap 2 permen itu dalam satu kantong, terus kantongnya ada 3 berarti permen nya ada berapa?"

"Mmm, dua permen satu kantong, terus ada 3 kantong, isinya sama semua dua permen?"

"Iya isinya sama"

"One, two"

"Coba sambil ditulis kak, atau digambar"

Ayden mengangguk, ia menggambar sambil menghitungnya. "Six Papi?"

Renjun tersenyum kemudian mengangguk. "Pinter banget sih?"

Ayden terkekeh, "tapi kakak ndak suka matematika!"

"Iya gapapa, kakak gak harus pinter semua mata pelajaran kok" Renjun memperhatikan Ayden yang menutup bukunya itu, ia jadi teringat bagaimana dulu Guanlin membayangkan anak sulungnya itu mengeluh tentang matematika.

"Kakak sikat giginya dulu, terus cuci tangan cuci kaki. Ayo bobo udah malem"

"Papa kok belum pulang?"

"Papa masih ada kerja kak"

Ayden berdecak sebal, "Papa sekarang sibuk terus" kesalnya.

Guanlin pulang dengan muka lelahnya sekitar pukul 10 dan langsung mendapati Renjun yang sudah menunggunya di meja makan. Guanlin mendekat dan langsung mengusap kepala Renjun serta mencium kening suaminya itu.

"Diem aja? Suaminya pulang enggak disambut nih?" Ucap Guanlin.

"Udah malem, buruan mandi. Udah makan belum?"

"Udah tadi, maaf ya gue pulang telat"

Renjun hanya mengangguk ia kemudian berdiri. "Gue siapin air dulu buat lo mandi" ucapnya kemudian berlalu meninggalkan Guanlin.

Kisah Papa Papi - GuanrenWhere stories live. Discover now