Tujuh puluh delapan.

4.3K 559 35
                                    

Ayooo siapa yang kemarin minta double up??? Karena kalian kemarin udah baik baik mau ngeramein, jadi aku kabulin nih 🥰🫶🏻

|happy reading!! 💓|

Sudah sekitar satu minggu ini Guanlin merasa ada yang salah dengan Renjun. Suami mungilnya itu lebih banyak diam dari biasanya. Bahkan yang membuat Guanlin heran adalah Renjun yang seolah menjaga jarak dengannya.

Guanlin cukup merasa terganggu dengan itu, bahkan semarahnya Renjun kepadanya, suaminya itu tidak akan mendiamkan dia hingga seperti ini. Beberapa kali Guanlin menanyakan mengenai hal itu kepada Renjun, bahkan ia meminta maaf jika memang telah melakukan kesalahan. Namun Renjun selalu menghindar dan tidak mau membahas mengenai itu.

Guanlin bahkan meminta saran kepada dua sahabatnya mengenai ini, tapi mereka berdua pun juga tidak bisa memberikan solusi selain dukungan. Beberapa hari ini juga Renjun memilih tidur bersama kedua buah hatinya, meskipun terkadang saat tengah malam Guanlin menyelinap untuk sekedar memeluk Renjun diam diam.

Seperti halnya kemarin, meja makan di pagi ini sangat sunyi selain diisi oleh sahutan celotehan Ayden dan Mingrui.

"Tumben banget lo nyetok banyak soda?" Tanya Guanlin membuat Renjun yang tadinya menyuapi Mingrui menoleh.

"Buat tamu" jawab singkat Renjun.

"Kok tumben? Biasanya kalau buat tamu lo nyetok teh atau gak kopi?"

Renjun menarik nafasnya dalam. "Ya gapapa, bosen aja teh kopi mulu"

Guanlin tidak melanjutkan obrolan mereka, ia tidak mau membuat moodnya semakin buruk pagi ini karena berdebat masalah sepele dengan Renjun.

"Gue nanti mau ajak anak anak ke rumah Bunda" ucap Renjun tanpa menoleh.

"Bareng aja sekalian, biar nanti gue jemput juga pas pulang kerja"

"Gue mau nginep"

Guanlin menghentikan suapannya. Ia mendongak menatap Renjun. "Ya gapapa, kalau gitu nanti gue balik langsung kesana aja"

"Gue mau sendiri sama anak anak" Jawab Renjun sembari menunduk menghindari tatapan Guanlin membuat Guanlin seketika terdiam.

Di bawah meja Guanlin mengepalkan tangannya mencoba mengatur emosinya. Ia tidak mau berdebat di depan kedua buah hatinya. Menurutnya sikap Renjun kali ini sudah diambang batas kesabaran Guanlin.

"Iya. Terserah lo." Jawab Guanlin yang kemudian bangkit dari duduknya. "Gue berangkat, lo kalau mau ke Bunda berangkat aja" lanjut Guanlin kemudian mencium dua buah hatinya bergantian sebelum pergi meninggalkan ketiganya untuk ke kantor.

Renjun terdiam sejenak, mencoba menahan tangisnya. Ia menarik nafasnya dalam sebelum menghembuskannya perlahan.

"Papi, nanti kelumah nenek?" Tanya Ayden yang kemudian dijawab anggukan oleh Renjun.

"Acik!! Kemalin nenek bilang mau ajak akak ke cwimming pool"

Renjun terkekeh, mengusap pelan kepala Ayden. "Iya, makannya di habisin dulu ya? Habis itu kita ke rumah nenek"

"Ciap! Ayo dedek abicin juga nanti belenang cama akak ya??"

"Pwapwapwaaa"

"Iya sama Papa nanti.."

Renjun mengusap pelan sudut bibir Mingrui yang sedikit belepotan karena tidak mau diam saat makan itu. Ia kemudian menunduk beralih memperhatikan perutnya yang masih rata dan mengelusnya pelan. "Maaf.." ucapnya tanpa bersuara.

Sekitar pukul sepuluh pagi, Renjun dan kedua buah hatinya sudah sampai di rumah Ayah dan Bundanya. Keduanya langsung mengambil alih cucu mereka masing-masing ke dalam gendongan dan membawanya masuk.

Kisah Papa Papi - GuanrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang