enam puluh tujuh.

4.8K 671 282
                                    

Setelah makan malam, Guanlin menyempatkan untuk bermain dengan kedua buah hatinya sejenak. Ia merasa bersalah karena ikut mendiamkan kedua buah hatinya yang tak bersalah itu. Hingga sekitar pukul setengah sembilan, kedua bocah mungil itu tertidur.

Guanlin berjalan turun, disusul oleh Renjun. Mereka berdua memilih ruang keluarga untuk mengobrol.

"Duduk" perintah Guanlin yang langsung dituruti Renjun.

Guanlin pergi mengambil kunci mobil dan mengambil majalah yang ia bawa tadi di mobil.

"Gue kasih satu kesempatan lagi buat lo, ada yang mau lo ceritain ke gue?" Tanya Guanlin setelah mendudukan dirinya di sebrang Renjun.

"A-apa? Gak ada alin.."

"Yakin?"

Renjun terdiam sejenak kemudian mengangguk pelan. "Emang ada apa sih? Apa lo liat tadi gue sama Abel pergi sama laki laki? Kalau itu.. itu salah satu bos majalah yang jadiin gue modelnya"

"Majalah mana?"

"I-itu, yang gue kasih kemarin"

Guanlin menarik majalah yang memang diberikan Renjun beberapa hari lalu. "Ini?" Tanyanya kemudian diangguki Renjun.

"Yakin cuma ini?"

"Iya.. gak ada lagi kok.." cicit Renjun

Guanlin menarik nafas dalam sebelum mengambil majalah yang ia ambil tadi dari belakang tubuhnya dan melemparnya ke hadapan Renjun membuat tubuh Renjun sedikit terjingkat.

Renjun melebarkan matanya. "L-lin..??"

"Gimana Renjun? Maksud kamu apa kayak gitu?"

"Lin.. a-aku.."

"Aku gak masalah kalau kamu ambil job gini, aku gak masalah bangettt Ren, seriusan. Aku lihat kamu makin happy, kamu selalu excited banget buat cerita setelah pemotretan. Yang aku permasalahin disini,  kenapa kamu harus bohong? Aku kan udah ngasih rules kalau kamu boleh jadi model asal kamu gak buka bukaan, kamu gak pose pose kayak gini, dan terpenting kamu JUJUR KE AKU!!" ucap Guanlin penuh penekanan di akhir.

Nyali Renjun tiba tiba menciut, padahal biasanya dia akan membalikan perkataan suaminya dan membuat Guanlin kalah dalam berdebat.

"Lin.. aku gak bermaksud. Aku cuma takut kamu marah"

"Udah tau aku bakal marah, kenapa di lakuin? Selama ini aku kurang tegas ya jadi kepala rumah tangga sampai kamu ngeremehin aku gitu?"

Renjun kembali menatap Guanlin dan langsung menggeleng cepat. "Engga lin, gak ngeremehin.."

"Terus apa Renjun?! Sesusah itu kah jujur?"

Guanlin menarik nafas dalam dan memijat keningnya pelan. Keduanya terdiam dengan Renjun yang mulai terisak. Sudah dibilang jika suaminya itu sangat sangat menakutkan jika sudah marah.

Beberapa menit waktu yang mereka lewatkan dengan hanya diam. "A-aku, aku minta maaf" ucap Renjun

Guanlin tidak menjawab, ia masih menatap Renjun dengan tajam menunggu penjelasan Renjun.

"Jadi.. itu majalah yang aku cerita yang sampai telat pulang buat pemotretan. Itu dadakan banget, yang dipilih awalnya bukan foto yang itu, ada yang lebih ketutup. Tapi tiba tiba CEO nya minta foto itu, dan aku juga baru tau kemarin linnn. Tapi gara gara foto itu juga aku makin dapat banyak tawaran job dari brand gede juga.."

Guanlin menarik nafas dalam dengan tangan terkepal. "Kamu butuh duit berapa?"

"Hah?" Renjun menatap Guanlin bingung.

Kisah Papa Papi - GuanrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang