dua puluh tujuh.

6.3K 732 148
                                    

"Linn.."

"Enggak! Gue bilang enggak ya enggak!"

"Paaa"

"Gak mempan."

"Papaaa.. Alinn.."

"Gak, Ren! Enggak! Lo tau arti dari enggak, gak sih?!"

Renjun kembali mencebik, sedangkan Guanlin terlihat begitu frustasi dengan permintaan Renjun kali ini. Bagaimana mungkin orang yang sedang hamil sekitar empat bulan lebih itu ingin melakukan bungee jumping.

Salahkan siaran televisi barusan yang menayangkan bagaimana keseruan salah satu selebriti melakukan bungee jumping dan membuat Renjun merengek ingin melakukan kegiatan ekstrim tersebut.

"Tapi dedek pingin"

"Jangan bawa bawa dedek sebagai alasan kalau itu lo yang pingin. Gue bisa ngabulin apapun keinginan lo, tapi enggak buat yang ini"

Renjun Nampak begitu kecewa ketika permintaannya tidak di turuti oleh Guanlin. "Sekali aja, ya ya?"

"Enggak!"

Renjun mendekat, melingkarkan tangannya di lengan Guanlin yang tengah fokus menonton pertandingan basket di layar kaca depannya. Sedangkan Ayden, bocah mungil itu tengah menikmati snack sorenya sembari menonton cocomelon kesukaannya dari tablet yang Guanlin beli untuknya.

"Jahat banget gak mau nurutin.."

Guanlin menoleh. "Aku tanya sama kamu, bagus gak bungee jumping buat orang hamil? Kamu tanya itu sama dokter, boleh gak?"

Renjun tidak menjawab, ia menundukan kepalanya menghindari tatapan tajam Guanlin.

"Kenapa diem? Udah tau kan jawabannya apa?" Guanlin menghela nafas pelan, "Gak semua ngidam atau keinginan itu harus di turutin, Ren. Kamu juga harus mikirin dampak baik buruknya buat kamu, buat dedek. Jangan buat aku pusing sama permintaan aneh aneh kamu kayak gini."

Terdengar helaan nafas berat dari Guanlin, Renjun perlahan mendongak dan menatap Guanlin dengan raut wajah yang tengah menahan amarahnya itu.

Renjun tidak menjawab semua ucapan yang Guanlin lontarkan barusan. Setelah matanya bersitatap dengan Guanlin, Renjun langsung melengos dan berdiri.

"Mau kemana?" tanya Guanlin

"Ke kamar. Gue males masak hari ini, kalau lo laper, pesen makanan aja sekalian sama Kakak"

"Aku belum selesai bicara"

"Renjun."

"Ren?!"

Renjun tidak menjawab, ia langsung melangkahkan kakinya dengan sedikit hentakan menuju kamar.

"Pwiiii" panggil Ayden ketika melihat Papinya itu melangkah pergi

"Papi lagi capek kak, main sama Papa aja ya? Main ke luar yuk? Ketemu Jisung sama Chenle"

"Cung ma yeye?"

"Iya"

"Mawuuu, mawu naik bingg yaa" (Mau naik mobil ya)

Guanlin mengangguk, "Iya ayo main mobil mobilannya kakak. Papa keluarin dulu mobilnya"

Ayden mengangguk, ia kemudian mengikuti langkah Guanlin untuk keluar rumah.

*
*
*

Guanlin mengetuk pintu kamar mereka beberapa kali, berharap Renjun mau keluar dari kamar.

"Yang, makan dulu. Udah malem nih, si Kakak juga daritadi nyariin lo"

Tidak ada jawaban dari Renjun, bahkan ponselnya sengaja ia matikan. Guanlin menghela nafas beberapa kali, mencoba bersabar karena ia tau, hormon orang hamil memang susah di tebak dan sedikit menyebalkan.

Kisah Papa Papi - GuanrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang