16. I Wish

1.8K 219 30
                                    

[Edited]

***

Sometimes I wish I could unmeet, delete, forget people and stop care too much

***

"Terima kasih Paul."

Kami saling bertatapan sinis dan aku memutar kedua bola mataku malas ketika aku dan Louis mengucapkannya bersamaan.

Paul terkekeh dan mengangguk sambil menatap kami dengan senyum menggoda.

"Don't mention it! Itu memang tugasku. Oh ya, kurasa kalian berdua masih sangat cocok. Apakah tidak ada keinginan untuk kembali bersama?" Tanya Paul yang mendapat tatapan membunuh dariku dan...

Tunggu, kenapa Louis malah tersenyum simpul ke Paul dan mengedipkan sebelah matanya?

"Ada apa dengan matamu Lou? Apa kau kelilipan? Atau kau sudah merubah orientasi seksualmu? Paul lebih baik kau berhati - hati dengan Louis karena kurasa dia mulai... Ya kau tahu sendirilah yang kumaksud" Kataku membuat Louis membulatkan kedua matanya.

"Kau tidak berfikiran aku gay bukan?" Kata Louis sambil menatapku horror.

"Aku tidak bilang begitu, kau sendiri yang mengatakannya" Kataku berusaha dingin walaupun tawaku sudah hampir pecah.

"Sialan! Kau kira aku gay?!"

Louis berteriak padaku dan menatapku tajam. Aku hanya menggedikkan kedua bahuku seolah tak peduli dan memberinya tatapan polosku. Louis menatapku dengan kesal dan berjalan meninggalkanku.

"Oh astaga El, kau benar - benar..."

Paul tak melanjutkan ucapannya dan tertawa keras. Aku ikut tertawa bersamanya mengingat teriakan dan wajah kesal Louis tadi. Sungguh, aku tidak mengerti mengapa dulu aku bisa mencintai laki - laki berisik sepertinya.

"Baiklah berhenti tertawa, aku tak mau Louis membunuhku. Sekali lagi terima kasih, aku akan menyusul Louis"

Aku tersenyum singkat padanya sebagai tanda terima kasih.

"Sudah kukatakan kau tidak perlu mengatakannya"

Aku mengangguk sebelum dengan setengah berlari memasuki gedung majalah Flawless.

Aku menghentikan langkahku di depan pintu lift yang tertutup dan menekan tombol naik. Sambil menunggu, aku bersenandung kecil dan menghentak - hentak kecil kakiku mengikuti irama. Entahlah itu seperti kebiasaanku saat sedang menunggu.

Tiba - tiba aku merasakan seseorang berdiri di sebelahku dan menggenggam tanganku. Aku menoleh bermaksud meneriaki orang yang dengan lancang menggenggam tanganku itu.

"HEY - David?"

Terkejut? Tentu! Bagaimana tidak? Tiba - tiba saja David berada di sebelahku dan menggenggam tanganku. Genggaman yang membuat darahku sedikit berdesir dan membuat jantungku berdebar lebih cepat.

Dia menoleh padaku dengan senyum manisnya, "Hey Elea"

"A - apa yang kau lakukan di sini?"

Dia terkekeh dan mengusap puncak kepalaku, "Aku? Apakah kau tidak ingat tadi aku bilang kita akan bertemu lagi? Benar bukan yang kukatakan?"

Aku mengerutkan keningku bingung, "Oh jangan bilang jika kau..."

"Yap! Aku yang akan memotret One Direction hari ini. Aku bekerja di sini" Katanya santai yang sontak membuat rahangku terbuka.

Aku. Mati.

Ting

Pintu lift terbuka. David menarikku masuk ke lift yang kosong dan tak ada sedikitpun tanda - tanda ia akan melepaskan genggamannya padaku. Pintu lift kembali tertutup dan mulai bergerak ke atas. Aku melihat ke arah tanganku yang masih digenggam erat olehnya.

Change My MindWhere stories live. Discover now