60. Yes!

1.6K 131 28
                                    

***
People will change, memories won't
***

Eleanor' PoV

"Apa kau yakin, mom?"

"Tentu sayang. Ibu tahu jika kau dan Louis perlu waktu berdua. Barangkali Louis sudah ingin memberi kan Ellie dan Cali adik lagi."

Mataku membulat sempurna, "apa? Tentu tidak secepat ini, mom. Cali dan Ellie masih kecil, aku tak bisa membayangkan akan serepot apa aku nanti. Lagipula, aku ingin agar anak - anak lebih dekat dengan ayah mereka dulu. Louis ketinggalan banyak hal tentang mereka," ucapku sambil tertawa.
"Mom benar - benar merindukanmu."

Aku tersenyum kecil, "aku juga merindukanmu, mom. Sangat. Maafkan aku pergi terlalu jauh -"

"Dan terlalu lama."

Aku tersentak ketika merasakan sepasang tangan melingkar di pinggangku. Aku memalingkan kepalaku ke samping kanan dan secara otomatis aku mencium bibir Louis singkat.

"Terima kasih morning kiss nya," bisik Louis di telingaku. Kurasa mom dapat mendengar itu di sana.

"Kau curang!" Desisku kesal.

"Aw! Kalian manis sekali. Aku harap kalian bisa menikmati akhir pekan ini dengan baik. Ibu sudah ingin bermain bersama cucu - cucu ibu. Sampai bertemu hari minggu!"

"See you, mom. I love you. Sampaikan salam ku untuk ayah dan juga si kembar."

"Sampaikan salam ku juga, bu," ucap Louis sebelum aku menutup telepon.

"Jadi, apa rencana kita hari ini?"

Aku melirik Louis dan menatapnya 'kesal' karena kejadian tadi. Dengan segera aku melepaskan kaitan jemari Louis yang melingkar di perutku dan meninggalkannya ke ruang santai.

"Hey!"

Aku mengabaikan teriakan Louis dan terus berjalan seolah tak ada orang. Mengambil novel Stephan King yang berjudul The Dark Half, aku mulai membacanya dengan seksama sebelum kurasakan sofa tempatku duduk mendapat tekanan di sisi lainnya. Tanpa menoleh pun aku tahu jika itu adalah Louis yang sedang menatap 'buku'ku dengan puppy eyes andalannya.

"Ada apa, El? Apa aku salah lagi? Ayolah sayang," ucapnya setengah merengek. Sekarang aku tak benar - benar membaca buku di tanganku karena kini aku lebih sibuk untuk menahan tawaku agar tidak pecah.

"El..."

"Eleanor..."

"Eleanor~"

Louis mulai menyanyikan namaku  buat tawaku pada akhirnya pecah. Aku menutup buku di tanganku dan meletakkannya kembali di meja. Menghampiri Louis, aku duduk di atas pangkuannya sebelum menangkupkan wajahnya.

"I love you," aku menarik kepalanya dan kembali mencium bibirnya. Dapat kurasakan jika ia tersenyum dalam ketika berciuman sebelum menarik dirinya dariku. Ia memegang tanganku yang berada di pipinya sebelum mengecup singkat bibirku, "I love you more"

Aku tersenyum, menyandarkan keningku pada keningnya agar aku dapat melihat kembali bagaimana iris biru kelabu itu tampak lebih 'hidup' sekarang.

Louis menangkupkan kedua pipiku dan menatap mataku hingga tanpa kuinginkan kedua pipiku memerah karenanya. Dia mengusap kedua pipiku perlahan sebelum mencium keningku singkat, "aku ingin mengajakmu pergi untuk kencan malam ini."

Kedua mataku membulat sempurna, "ap - NO WAY!" Jeritku senang. Aku kembali melingkarkan tanganku memeluk lehernya.

"Kurasa kau berubah menjadi lebih romantis setelah aku pergi." Aku tersenyum miring padanya.

Change My MindWhere stories live. Discover now