39. Perfect

1.5K 194 165
                                    

***

"Uumm.. Bri, bagaimana jika setelah ini kita ke rumah mom? Kuyakin mereka semua merindukan Eloura" Ucap Louis sambil sesekali menoleh ke Briana. Aku melirik Briana dari kaca, kulihat ia tersenyum senang sebelum menganggukkan kepalanya dengan semangat.

"Great!" Ucap Briana buatku memutar kedua bola mataku malas. Aku mu

"Louis, aku rasa aku sedikit sakit. Bisakah kita pulang saja?" Louis melirikku yang menatapnya penuh harap. Dia meletakkan punggung tangannya di dahiku sebelum mengusap pipi kananku dengan ibu jarinya.

"Bagaimana jika kami mengantarkanmu ke rumah?" Aku mengerutkan keningku dan menatapnya bingung.

"Apa maksud dari kata kami?"

"Maksudku adalah aku, Briana dan Eloura akan tetap ke rumah mom. Namun sebelum itu, aku akan mengantarkanmu sampai rumah agar kau bisa beristirahat."

"Ta –"

"Aku setuju dengan Louis. Kau bisa beristirahat, El. Lagipula ada yang ingin kubahas dengan Jo" Ucapanku terpotong oleh Briana yang tiba – tiba saja menyahut. Aku menolehkan kepalaku ke belakang dan melihatnya tersenyum padaku sambil menggendong Eloura.

Aku menghembuskan nafas kesal sambil menahan air mata yang bisa jatuh kapan saja.

"Terserah" Louis kembali melihatku dan tersenyum. Ia mengusap puncak kepalaku sebelum menariknya mendekat dan mencium keningku.

"Kau tidur saja. Aku akan membangunkanmu ketika sudah sampai." Aku mengangguk pasrah dan menyadarkan kepalaku di jendela sambil melihat jalanan South London yang mulai padat oleh mobil – mobil.

"Cepat sembuh, El" Aku memilih diam dan mengabaikan ucapan Briana dengan menutup mataku.

***

Tanpa ingin menunggu mobil Louis menghilang dari pandanganku, aku langsung memasuki rumah dengan tangis yang sudah nyaris tak dapat kubendung. Louis benar – benar serius dengan ucapannya mengenai menurunkanku di rumah dan kembali pergi dengan Briana dan Eloura ke rumah keluarganya.

Aku membanting pintu kamar dan menelungkupkan wajahku di bantal. Aku membenci laki – laki itu! Sebenarnya siapa kekasihnya di sini? Kenapa Louis lebih memilih bersama Briana ketimbang bersamaku?

Aku mengerang kesal ketika kudengar ponselku berbunyi. Dengan langkah berat, aku mengambil pouch milikku dan mengeluarkan ponselku yang belum juga berhenti.

Dahiku berkerut ketika melihat David yang meneleponku. Setelah dengan sedikit pertimbangan aku memutuskan untuk mengangkatnya.

"Halo" Suara baritone David menyapa telingaku.

"Hey" Balasku dengan suara parau. Seakan melihatnya, tergambar dibenakku bahwa di seberang sana David sedang mengerutkan keningnya karena bingung.

"El, kau menangis? Ada apa?" Suara David benar - benar terdengar khawatir.

"Tak apa. Ada apa kau meneleponku?" David berdehem singkat sebelum menjawabku.

"Bisa tidak jika aku mengajakmu pergi? Hanya sebentar, ke café dan minum kop –"

"Jemput aku 15 menit lagi"

"Kau serius?" Aku menggigit bibir bawahku memikirkan kemungkinan jika Louis akan mengamuk jika ia mengetahui hal ini. Namun siapa peduli? Toh dia juga memilih pergi dengan Briana ketimbang bersamaku.

"Positive"

"Great. See ya"

"See ya" Aku menghembuskan nafas kasar sambil melihat ponselku ragu.

Change My MindWhere stories live. Discover now