18. A Plan

1.6K 232 44
                                    

[Edited]

***

"I fell in love with you, I don't know how, I don't know when and I don't know where but I did" 

***

Louis's PoV

"Yes, I still love him. Yes, I still care about him. Yes, I still think about him. But no, I don't wanna him back"

Ucapan Eleanor tadi terus terngiang dalam kepalaku. Apa yang sebenarnya ia inginkan? Jika ia masih mencintaiku, kenapa dia tidak mau aku kembali?

Terkadang aku tidak mengerti bagaimana cara berfikir para wanita. Maksudku kenapa mereka ribet sekali? Jika memang masih saling mencintai, apa salahnya mencoba lagi?

"Louis?"

Aku mendengar suara Eleanor dari luar kamar mandi. Aku kembali menatap wajahku di cermin dan mencuci wajahku sekali lagi.

Sial, mataku merah. Bagaimana aku bisa menangis hanya karena hal itu? Memalukan.

Setelah mengeringkan wajahku dengan tissue yang kubawa tadi, aku segera keluar dan mendapatinya yang sedang menungguku di depan pintu.

"Ada apa El?" Tanyaku ketika melihatnya sedang menggigit bibir bawahnya itu.

"Uuummm... Bagaimana caraku menjelaskannya" Gumam Eleanor pada dirinya sendiri.

"Ya?"

Aku mengerutkan dahiku, sebenarnya apa yang mau ia bicarakan denganku?

Dia menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan, "Jadi.... Begini.... Jadi... Uumm... Begini Louis..."

"Bicaralah yang jelas"

Aku memutar kedua bola mataku sebelum berjalan ke ruang ganti, meninggalkannya yang masih berkutat dengan fikiran dan kata – kata yang tersangkut di mulutnya itu.

"Louis!"

Aku mendengarnya berteriak dan berlari menghampiriku.

Menghentikan langkahku, aku menghembuskan nafas panjang sebelum memutar tubuhku menghadapnya.

"Sudah bisa bicara? Kalau tidak, aku akan kembali ke ruang ganti"

"David yang akan memotret kalian" Kata Eleanor dalam satu tarikan nafas.

"Oh, hanya itu" ucapku enteng.

Aku kembali berjalan meninggalkannya yang menatapku bingung.

Tunggu.

Aku berhenti dengan mata yang membulat sempurna,

"OH ASTAGA TUHAN!" Aku berteriak ketika menyadari sesuatu.

David. Ya, bajingan kurang ajar yang mau merebut Eleanor-ku. Tidak, aku tidak mau!

"Astaga Louis jangan berteriak!"

Eleanor juga berteriak nyaring di belakangku. Kurasa dia kaget mendengar teriakanku.

"Kau tidak salah bicara?" Kataku dengan volume suara yang lebih kecil.
Eleanor menatapku ragu kemudian menggelengkan kepalanya pelan.

Aku. Tidak. mau.

"No fucking way! Aku tidak mau! Cari yang lain, aku tidak peduli bagaimana pokoknya cari yang lain"

Bukannya takut, Eleanor malah menatapku tajam,

"Apa? Cari yang lain katamu? Tidak bisa! Kau kira ini kantormu sehingga kau bisa seenak pantatmu menyuruh orang lain? Bersikaplah professional! Jangan bersikap seperti artis amatiran, kau sudah berkecimpung di dunia ini lebih dari 5 tahun. Dan lagi, kau sudah punya anak. Kenapa sikapmu masih kekanakan? Ubah sikapmu itu! Kau tidak memiliki alasan apapun untuk membenci David. Dia baik, dia tak ada maksud apapun. Bersihkan otakmu dari prasangka buruk ke orang lain"

Change My MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang