25. Sleep With Me?

1.8K 238 47
                                    

***

Author's PoV

"Kembalilah bersamaku, Jane"

Ucapan Louis membuat dunia Eleanor serasa berhenti berputar untuk beberapa saat. Eleanor menegang dan hanya mampu menatap mata Louis.

"Eleanor?"

Louis menggenggam kedua tangan El dan meremasnya lembut membuat ia sadar akan ucapan Louis barusan.

"A - aku... Aku..."

Eleanor tergagap. Lidahnya kelu tak mampu mengeluarkan sepatah katapun. Ia menggeleng lemah, menarik tangannya dari genggaman Louis dan memilih diam.

Ini terlalu tiba - tiba.

Setidaknya itulah yang ada di benaknya. Senang? Tentu ia senang karena ia memang mengharapkan Louis mengatakan hal ini ini, tapi tidak sekarang. Tidak secepat ini. Masih banyak keraguan yang tersimpan dalam hatinya akan pernyataan Louis.

Eleanor hanya menunduk, tak mampu melihat lebih jauh lagi ke dalam matanya. Jantung Eleanor berdetak lebih cepat dari biasanya ketika melihat kilatan harapan dari matanya, dari mata Louis.

Eleanor sedikit mendongak dan menatap Louis dari balik bulu matanya. Terlihat di matanya Louis menghembuskan nafas kasar dan membuang pandangannya dari Eleanor, menatap ke balkon yang menampakkan kerlipan cahaya London di malam hari.

"Kenapa El?" Louis kembali buka suara. Ia bertanya dengan suara yang parau tanpa melihat Eleanor.

Eleanor merasakan sakit yang tiba - tiba menyerang ulu hatinya ketika ia menyadari bahwa Louis sedang menutupi kekecewaannya. Eleanor tahu betul mengenai sikap Louis yang satu ini. Sikap yang membuat Eleanor merasa iba dan bersalah disaat yang bersamaan.

Bersama Louis selama hampir 4 tahun membuatnya hafal betul mengenai sikap Louis yang satu ini. Louis kecewa. Dia marah, dia kesal, dia... Terluka.

Eleanor's PoV

Aku menguatkan diri untuk mengangkat kepalaku hingga aku benar - benar melihat Louis yang terluka dengan jelas. Sama sepertinya, aku memilih membuang pandanganku ke balkon. Aku menahan nafas karena rasa sesak yang mengumpul di dadaku. Kenapa ini sulit sekali?

"Aku tidak bisa" Ucapku lirih.

Louis mengalihkan pandangannya ke padaku. Sekali lagi, dia menggenggam kedua tanganku yang masih memegang mug dan meremasnya lembut memberi kenyamanan sekaligus rasa sakit untukku.

"Kenapa?" Ulang Louis untuk yang kedua kalinya. Aku kembali menunduk namun tidak berniat menarik tanganku darinya.

"Kau meragukanku?" Kata Louis lagi. Suaranya parau sehingga aku yakin aku dapat mendengar luka dan kekecewaan di sana.

"Kenapa, El? Tak cukupkah kau melihatku menghancurkan masa depan sahabatku ketika management memintaku berpisah darimu? Tak lihatkah kau bahwa hingga saat ini tidak ada yang bisa menggantikan posisimu? Tak tahukah kau bahwa aku nyaris menjadi pecandu alcohol ketika kau memutuskan untuk tidak berhubungan denganku lagi? Tak tahukah kau bahwa aku nyaris mengakhiri hidupku karena aku frustasi tanpamu?" Ucap Louis dengan emosi yang tertahan.

Aku mendongak dan menatap lurus ke matanya untuk mencari kebohongan yang tak kutemukan di sana.

"Kau kira kenapa aku rela di cap laki - laki bajingan, brengsek, pengecut karena tidak menikahi Briana? Kau kira kenapa aku tidak memiliki kekasih hingga sekarang? Itu semua karena kau membawa hatiku pergi bersamamu, El! Apa yang harus kulakukan agar kau yakin? Minimal beritahu aku jika aku masih memiliki kesempatan bersamamu. Beritahu aku agar aku dapat menunjukkan bahwa aku layak bersamamu" Ucapnya lirih nyaris seperti memohon. Dia menatapku dalam membuatku kembali tercekat ketika melihat genangan di sudut matanya.

Change My MindWhere stories live. Discover now