43. I Promise

1.3K 163 70
                                    

***

Fun fact!

Louis itu penggila belanja ngelebihin El. Dia sering beliin El sesuatu krn dia emang suka belanja

***

Louis's PoV

Ele menggiringku ke kasur, ia membantuku berbaring dan menarik selimut hingga menutupi tubuhku sebatas dada.

"Apa yang ada di otakmu hingga bisa seperti ini?" Ele membungkuk, ia mengusap keningku lembut dan menyingkirkan rambutku yang sudah mulai panjang.

"Aku kan sudah mengatakannya padamu, aku merindukanmu" Belaku dengan bibir yang mengerucut. El menghentikan kegiatannya, ia menatap mataku sesaat sebelum terkekeh dan menggeleng kecil. El menegapkan tubuhnya, ia berjalan ke koper dan mengambil sebuah kain dari dalam sana. 

"Kau membawa kain dari London?" Ele menoleh padaku, ia mengangkat kedua bahunya sebelum menutup kopernya.

"Alasanmu konyol. Kau tahu?" Aku kembali mengerutkan keningku, mengubah posisiku menjadi setengah duduk dengan badan yang bersandar pada headboard.

"Konyol? Apanya yang konyol?" El kembali menghampiriku, ia duduk di pinggir kasur di dekat dadaku. Tangannya kembali bergerak menyisir rambutku dengan jemarinya sebelum bergerak turun ke pipiku dan mengusapnya lembut.

"Alasanmu sakit. Kau tidak tahu betapa takutnya aku ketika tahu kau sakit. Kenapa kau tidak mengatakannya padaku? Kau bisa mengatakannya langsung padaku jika kau sakit. Aku membencimu karena aku baru mengetahui keadaanmu dari orang lain. Jangan kau ulangi lagi, oke? Jika kau ingin aku ikut denganmu, aku akan dengan senang hati meninggalkan pekerjaanku di London dan menghampiri tourmu" Aku diam memandang El yang menatapku nanar. Wajahnya terlihat lelah dengan mata yang kembali berkaca kaca.

Aku menggerakkan tanganku, menggenggam tangannya yang berada di pipiku dan mengusap punggung tangannya dengan ibu jariku perlahan sebelum menciumnya lama. "Aku menyesal. Aku benar – benar minta maaf karena sikapku yang kekanak – kanakan. Aku hanya tidak ingin membuatmu khawatir. Selain itu, alasanku untuk aku tidak ingin minum obat tanpamu adalah karena aku yakin jika kau akan datang ketika kuminta kau untuk begitu.

Ketika kau memilih untuk melakukan pemotretanmu ketimbang menghampiriku, aku merasa kesal dan marah. Aku merasa jika kau tidak mencintaiku, aku takut kau kembali menerimaku hanya karena kasihan. Semua hal – hal negatif tentang kau, aku dan kita buatku nyaris depresi hingga aku melampiaskan semua kekesalanku pada Harry, Niall, Zayn, Liam dan semua kru yang ikut membantu.

Selanjutnya, hal itu ditambah kau yang tidak mengatakan padaku bahwa kau akan datang. Ponselmu tidak bisa kuhubungi sama sekali buatku khawatir akan dirimu. Aku takut terjadi sesuatu yang buruk padamu ketika aku sedang tidak bersamamu." Aku mengeluarkan semua emosi dan isi kepalaku selama berjauhan dengannya. Suaraku benar – benar parau karena aku menahan tangisku.

Katakanlah jika aku cengeng karena hanya gadis inilah yang mampu membuatku menjadi seperti ini. Aku takut kehilangannya, aku benar – benar takut untuk kehilangan dirinya. Kehilangannya sekali merupakan mimpi terburukku yang menjadi kenyataan. Aku tidak siap dan tidak akan pernah siap untuk kehilangannya, bahkan ketika aku melakukan kesalahan yang begitu besar padanya.

Bilang jika aku egois karena faktanya memang begitu. Aku begitu mencintainya hingga aku tak akan bisa melepaskannya.

El tersenyum lembut padaku, setetes air mata turun dan membasahi pipinya buat tanganku bergerak untuk menghapus jejak air di sana.

Hal berikutnya yang kutahu adalah dia sudah memelukku. Aku balas memeluknya erat, melingkarkan tanganku dilehernya dan menariknya mendekat agar aku dapat menemukan lekukan lehernya yang selalu kurindukan sebelum menenggelamkan wajahku di sana. Ia mengusap rambutku perlahan, lagi dan lagi hingga tanpa sadar ternyata aku juga menangis.

Change My MindWhere stories live. Discover now