54. Babak Baru

2.7K 307 83
                                    

Si Inul Nyanyi Dangdut
Sini ngumpul ada updatean

👏👏👏👏

****

Wira dengan kecepatan tinggi memacu laju motornya menyusuri jalan. Tujuannya bukan ke rumah melainkan ke kantor Agah. Begitu sampai di kantor sang papa, ia langsung masuk dengan wajah gusar dan rahang bergerak-gerak.

Melihat kedatangan Wira yang tiba-tiba, Agah yang sedang menelepon terlihat kaget. Namun hanya sebentar saja, lalu ia kembali melanjutkan obrolannya di telepon.

Wira menarik kursi yang ditaruh berhadapan dengan meja kerja Agah. Tanpa permisi ia langsung menghempaskan pantatnya di sana.

"Pa, gue mau ngomong!"

Agah memberi isyarat dengan gerakan tangannya agar Wira berhenti berbicara lalu kembali fokus pada lawan bicaranya di seberang sambungan.

Wira menghela napasnya kesal. "Penting!"

"Kamu nih kenapa sih?" Tegur Agah sambil menyudahi panggilan telepon dengan rekan kerjanya.

"Istri lu tuh!"

"Kamu ini kenapa? Datang-datang marah. Makin lama makin aneh aja tingkah lakunya," kata Agah.

"Lu liat ini, pa!" Wira berdiri lalu menunjuk seragamnya yang kusut, di beberapa tempat nampak kotor kena tanah. "Semua ini gara-gara istri lu itu. Dia nyewa preman buat mukulin gue!"

Agah geleng-geleng kepala. "Bukannya kemarin kamu yang nyuruh orang buat mukulin Yuda?"

"Gue? Ngapain gue nyuruh orang mukul Yuda? Siapa yang bilang begitu?!"

"Terus maksud kamu ke sini sambil marah-marah itu apa???"

"Gue cuma mau bilang sama papa, istri lu itu sakit jiwa! Jangan-jangan dia yang kasih tahu lu kalau gue nyuruh orang mukulin Yuda, iya?! Gue udah jelasin ke dia dan Yuda juga udah tahu siapa pelakunya, tapi dia masih nyuruh preman buat mukulin gue untuk balas dendam? Psiko itu perempuan laknat!"

"Jaga omongan kamu, Wira!"

"Justru lu yang harusnya jaga istri lu, pa!"

"Kamu itu selalu menuduh mama Andhira berbuat jahat. Padahal dia selalu berpihak ke kamu."

"Berpihak apanya? Mau mencelakakan gue IYA!"

"Sampai sekarang kamu belum kasih bukti ke saya soal semua tuduhan kamu ke Mama Andhira. Sekarang kamu sudah menuduh dia lagi?"

"Preman itu sendiri yang bilang siapa yang nyuruh dia. Terus setelah premannya pergi, wanita sakit jiwa itu tiba-tiba datang mau nolongin gue. Aneh gak? Ngapain dia tiba-tiba di sana? Mau pura-pura nolongin gue? Biasanya juga jam segini dia di rumah terus tiba-tiba ada di sana. Apa penjelasannya?!"

"Mama Andhira tadi kasih tahu saya kalau dia mau keluar makan siang bareng sama Yuda."

"Benar-benar licik..." Desis Wira. "Tapi itu alasan makin mengada-ada. Yuda itu les dan waktu pulang sama masuk les lagi palingan 30 menit. Ya kali mereka makan siang dalam waktu sesingkat itu..."

"Ya sudah, kalau kamu memang punya bukti, kasih tahu saya. Mana buktinya?"

"Oke. Tadi ada saksi yang dengar semuanya. Dia teman gue yang ikut bantu gue saat gue dipukulin sama preman-preman bangsat itu!" Jawab Wira. Ia meraba kantong seragamnya lalu tiba-tiba gerakan tangannya berhenti, pupil matanya membesar dan ekspresinya menunjukkan kekagetan disertai kerutan di kening seperti sedang berpikir. Ia baru menyadari bahwa ponsel yang tadi di kantong bajunya sudah raib.

Masih dengan ekpresi yang sama, ia kembali terlihat meraba-raba seluruh kantong seragamnya. Namun sepertinya benda yang ia cari tidak diketemukan.

PERWIRA YUDA (TAMAT)Where stories live. Discover now