35. Sah

4.2K 407 98
                                    

Andhira mengehela napas berkali-kali. Saat ini ia sedang duduk di toilet dengan perasaan tak menentu. Ia bimbang. Ia sebenarnya tidak mau gegabah dalam situasi seperti ini yang takutnya berdampak buruk terhadap dirinya kelak. Namun ia sudah berkata 'iya' pada Nalini.

Tiba-tiba terdengar pintu kamar mandi diketuk. Andhira langsung berdiri seraya merapikan pakaiannya dan membuka pintu. Ternyata Agah.

"Kamu baik-baik saja?" Tanya Agah. "Aku perhatikan kamu sudah hampir seperempat jam berada di dalam."

"Tentu saja tidak," jawab Andhira cepat. "Bagaimana mungkin aku bisa baik-baik saja," sambungnya seraya berjalan melewati Agah.

"Aku mau bicara," kata Agah.

"Iya, kita perlu bicara. Aku harus bicara sehingga semua orang yang ada di ruangan ini tahu," kata Andhira.

Agah berjalan mengikuti Andhira yang melintasi ruangan menuju keluar. Di luar Andhira berhenti dan duduk di salah satu bangku.

"Kita harus membuat beberapa kesepakatan," kata Andhira langsung.
Agah hanya mengangguk-anggukan kepala.

Andhira pun mulai mengutarakan isi hatinya yang didengarkan dengan seksama oleh Agah.

"Tenang saja. Aku akan berusaha menyanggupi permintaan kamu. Aku akan menjamin posisimu dan Yuda dalam keluarga besarku nanti. Soal pembagian harta dan aset-aset kamu tidak perlu khawatir sudah ada yang mengurusinya," kata Agah setelah mendengar isi hati Andhira. "Tentu saja namamu dan Yuda akan masuk daftar dengan segera," sambung Agah kemudian dengan nada candaan.

Andhira langsung melotot.

"Dalam keadaan seperti ini kamu masih bisa bercanda?!" Semprot Andhira.

Agah tersenyum tipis.

Andhira beringsut sedikit dan menatap Agah dengan lekat. "Gah, pernah nggak sih kamu merasakan cinta sama Nalini?"

Agah menatap Andhira sebelum kemudian membuang tatapannya kembali ke depan.

"Kamu gak pernah belajar untuk mencintai dia?"

Lagi-lagi Agah tak menjawab. Bahkan ia mengajak Andhira untuk kembali ke dalam. "Sebaiknya kita memberitahu sama keluargaku hasil pembicaraan kita beberapa saat yang lalu," kata Agah lantas masuk meninggalkan Andhira yang tercenung di tempat duduknya. Semenit kemudian ia pun masuk menyusul Agah.

Akhirnya semua diminta Agah untuk berkumpul. Mereka berkumpul di dekat ranjang agar Nalini bisa mendengar apa yang akan mereka bahas.

Andhira pun mengutarakan isi hatinya di depan semua orang yang ada di sana. Semua mendengarkan dengan seksama. Tidak ada yang keberatan dengan apa yang Andhira sampaikan.

Keputusan pun dibuat. Andhira siap menikah dengan Agah. Ia menghubungi saudaranya laki-laki dan satu-satunya itu yang berada di Lampung untuk menjelaskan semuanya. Cukup alot dan ia bertanya apa Agah, orang tua Agah, orang tua Nalini dan Nalini sendiri sebelum akhirnya ia mengerti dengan keputusan yang diambil sang adik dan memberi restu. Ia sendiripun tahu bagaimana awal percintaan Andhira, Agah dan Nalini. Karena pernikahan dilangsungkan secara mendadak, ia pun tidak bisa hadir sebagai wali nikah dan menyerahkannya kepada wali hakim saja.

Sekarang tinggal menjelaskan pada Yuda. Perihal itu mereka serahkan pada Wira.

"Sebenarnya, aku ingin langsung bicara dengan Yuda," kata Andhira. "Tapi dalam waktu yang singkat seperti ini aku ragu dia akan bisa terima. Semuanya terlalu mendadak dan terdengar tidak masuk akal. Kami pasti akan berdebat. Jadi, biar saja Wira yang menjelaskan keadaannya. Setelah itu baru aku yang akan berbicara pada anakku. Wira pasti bisa membuat dia mengerti. Anak-anak biasanya lebih mau mendengarkan omongan temannya dibandingkan ibunya sendiri," kata Andhira.

PERWIRA YUDA (TAMAT)Where stories live. Discover now