32. Siuman

4.1K 404 53
                                    

Sore harinya Wira menjemput Yuda dan bercerita tentang keadaan ibunya. Bahkan ia menunjukkan video yang dikirimkan Lukman pada Yuda.

"Berarti Tante harus diberi rangsangan dari hal-hal indah yang pernah ia lalui kali ya, Kang?"

"Iya. Mulai besok mau diperdengarkan lagu kesukaan mama tiap pagi. Siangnya diajak ngobrol. Sebelum tidur dibacain cerita masa kecil."

"Lebih bagus lagi kalau yang ngelakuin itu papanya Akang," kata Yuda.

"Ngapain ngelibatin dia?" Suara Wira meninggi.

"Kalau ngelihat gimana tante bertahan sejauh ini hidup sama papanya akang, menurutku itu artinya Tante cinta banget sama Om Agah. Udah disakiti, diselingkuhi tapi dia masih menerima. Menurutku cinta Tante ke om itu pasti besar banget. Jadi kalau orang yang dicintainya yang berusaha membangun dia dari komanya, aku rasa itu pasti bakal ngasih efek positif buat kesembuhan Tante," argumen Yuda.

Wira mangut-mangut.

"Akang juga. Ajak Tante ngomong. Pake nada yang lembut. Jangan pake lu-gue lagi. Ungkapin kalau Akang sayang sama Tante. Akang sayangkan sama Tante?"

Wira mengangguk pelan.

"I know mungkin akang sulit buat mengekspresikannya. Mulai sekarang ungkapin aja. Salah satu yang membuat Tante bertahan pasti salah satunya karena akang."

Mata Wira sedikit berkaca-kaca.

Yuda tersenyum. Ia mengusap mata Wira dengan lembut.

"Akang jangan nangis. Kalau Akang nangis ntar ada Wirakita yang lihat terus dikira aku penyebabnya..."

Pupil mata Wira langsung membesar. "Kok kamu tahu tentang Wirakita itu?"

"Tadi Anggi cerita di sekolah. Anak-anak pada heboh bahas Mama akang yang lagi sakit. So, hasil ngobrol ngalor-ngidul sampailah ke topik Wirakita itu," terang Yuda. "Jadi apakah yang natap aku aneh belakang ini member Wirakita? Termasuk yang jepret kita tadi pagi apakah Wirakita juga?"

"Mungkin."

"Ngeri banget sih, kang. Udah kek fans garis keras idol K-Pop aja deh."

"Masa bodohlah. Selagi mereka gak ganggu Aduy, gak usah diurusin deh. Kurang kerjaan tuh mereka," pungkas Wira.

***

Malam harinya Wira menemani sang mama yang masih tak sadarkan diri. Ia mencoba menuruti sarannya Yuda tadi sore.

Sebelum pulang ke rumah, ia mengajak mamanya berbicara.

"Ma, ini Wira, Ma. Mama bisa dengar Wira kan? Wira kangen sama mama. Wira pengen lihat senyum mama lagi. Wira pengen lihat mama duduk di balkon kamar sambil lihat teratai lagi. Wira janji gak bakal kurang ajar lagi sama mama. Wira gak bakal nyakitin hati mama dengan manggil lu-gue lagi. Wira bakal nunjukin rasa sayang Wira ke mama dengan cara yang baik. Jadi Mama cepat sembuh ya? Love you, Ma... Wira pulang dulu. Besok Wira ke sini lagi...." Pamit Wira lalu mencium kening sang mama.

Mendengar ucapan sang cucu, Eyang dan Nenek berpandangan. Mereka haru. Setelah Wira membenarkan selimut Nalini, Eyang dan Neneknya langsung menghampiri dan memeluknya. Mereka bertiga berpelukan tanpa kata namun kasih sayang itu terasa begitu nyata.
Setelah berpamitan pada eyang dan neneknya yang malam itu menginap di rumah sakit di temani oleh dua orang asisten rumah tangga yang lain, Wira pun pulang.

Sesampainya di rumah, Wira menelepon Yuda lewat video call.

"Malam, Akang..." Sapa Yuda sambil melambaikan tangannya.

PERWIRA YUDA (TAMAT)Where stories live. Discover now