42. Tak Sejalan

2.9K 337 87
                                    

Yuda sudah tidak tahan melawan rasa kantuknya. Entah sudah berapa kali ia menguap. Matanya seperti diberi perekat. Satu-satunya yang ia inginkan sekarang adalah berbaring. Akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke kamar untuk istirahat.

Sesampainya di kamar, ia menemukan kamar itu kosong. Wira belum kembali. Yuda langsung naik ke tempat tidur tanpa membersihkan badan dulu. Ia benar-benar sudah tidak kuat menahan rasa kantuknya. Meskipun begitu ia masih sempat bertanya dalam hati "Akang kemana?" Sebelum akhirnya lelap dalam tidurnya.

Yuda bangun keesokan harinya saat waktu sudah menunjukkan pukul lima. Ia langsung melihat ke samping dan Wira tidak ada di sana. Akang nggak pulang. Dia dimana? Tanya hati kecil Yuda. Kantuknya langsung lenyap karena kepikiran Wira. Ia bangun dengan hati masih bertanya-tanya. Ia mengambil buku dan bersiap mengulangi mempelajari materi yang akan diujikan hari ini.

Ia baru saja hendak berkonsentrasi saat ia terpikir  untuk mengecek WhatsApp. Barangkali ada story yang menjelaskan akang lagi dimana, gumam hati kecilnya.

Yudapun mengambil ponsel dan membuka WhatsApp-nya.  Sayangnya Wira tidak mengunggah apapun. Ia beralih ke Instagram. Hasilnya juga nihil.

Ah, sudahlah. Dia udah gede. Gak usah dikhawatirkan. Dia lebih jago jaga diri ketimbang aku, desis Yuda sambil kembali melihat buku catatan di tangannya.

Sampai sarapan pagi, Wira tak juga kembali.

"Pa, semalam Ak---Wira nggak pulang," beritahu Yuda.

"Biarin aja. Udah biasa dia begitu."

Andhira geleng-geleng kepala mendengar jawaban Agah. Ia terlihat tidak setuju.

"Punten ya, Kang. Aku nggak setuju sama sikap Akang sewaktu anak nggak pulang malah biasa aja. Mereka pergi semalaman dan nggak pulang, apalagi ini bukan hari libur, bukanlah kebiasaan yang baik. Akang gak bisa ngebiarin Wira kayak begini. Apalagi dia itu belum dewasa," timpal Andhira.

Agah diam saja.

"Dari semalam aku bilang Wira pergi. Akangnya bilang udah biarin aja. Kok gak khawatir sih sama anak? Jam segini belum pulang, pasti bolos sekolah jadinya. Jangan dibiarin aja dong, Kang. Dimarahin. Kalo aku yang nasehatin, mungkin dia gak mau dengar. Apalagi setelah masalah obat itu muncul. Marah ya marah. Tapi bukan berarti kalau marah harus mengabaikan kewajibannya. Kebiasaan yang nggak baik kalo berantem pergi dari rumah. Aku kepengennya anak-anak tunduk sama orang tuanya," imbuh Andhira.

"Iya Nyonya Besar. Nanti Akang ngomong sama Wira," kata Agah akhirnya sambil menoleh ke Yuda. "Kamu tertekan nggak punya mama cerewet kayak gini, Yud?" Tanya Agah.

"Eh...?" Yuda kaget mendapat pertanyaan yang tidak disangka-sangka itu. Ia langsung melirik ke mamanya.

"Kok ngelirik mama? Jawab aja..." Kata Andhira.

"Mama nggak cerewet kok, Pa. Aku hampir nggak pernah diomelin sama mama..." Jawab Yuda.

Mendengar jawaban sang putra, Andhira langsung pasang tampang senang sekaligus jenaka sambil mengedipkan matanya berkali-kali secara cepat ke Agah. Kemudian ia meletin lidah.

"Ah, masa sih? Kok kalo sama papa ngomel terus ya?" Agah tak percaya.

"Beneran kok..."

"Hmmm..."

"Kalo kalian gak bikin salah, gak berulah gak mungkin mama omelin lah...!" Andhira membela diri.

"Kayaknya papa harus belajar sama Yuda nih gimana triknya biar gak diomelin sama mama," kata Agah sambil mengedipkan matanya ke Yuda.

"Boleh, boleh," sambut Yuda seraya tertawa.

"Sudah, sudah, buruan cepat sarapannya. Terutama kamu, Yud. Ntar telat ke sekolahnya. Kamu berangkat pake apa?"

PERWIRA YUDA (TAMAT)Where stories live. Discover now