77. Jebakan

3.4K 305 86
                                    

Holla maaf lamberta ratahayu update-nya.

Btw ternyata chapter pamungkas ini cukup panjang sehingga Author pikir lebih baik dibagi menjadi dua saja. Dan ini yang pertama:

Eits, quote dulu!

Bagi kamu yang masih sendiri, jangan minder. Nggak apa-apa jomblo bukan berarti ada yang mau kok!

===

Perasaan takut, marah, bersalah, cemas, dan sedih berkecamuk di dalam dada Yuda. Ia menangis sesenggukan di bawah shower. Berkali-kali ia memukuli tubuhnya dan menampar mulutnya. Ia marah dan benci karena terlalu lemah, tidak bisa melawan dan membiarkan Rizky berlaku seenaknya. Jika ingat bagaimana cowok itu secara kurang ajar melesakkan kemaluannya pada mulutnya, seketika itu juga Yuda berkumur-kumur kemudian menangis lagi.

Ia bukan tidak mencoba untuk masa bodo. "Kamu cuma ngoral dia, Yud. Gak lebih. Anggap aja lagi ngoral pacar." Namun setiap kali ia mencoba berpikir seperti itu, hati kecilnya menolak. Semua tidak sesederhana itu. "Bukan. Dia bukan pacar kamu. Kamu melakukannya terpaksa, dia melecehkan kamu." Jika seperti itu, hatinya drop lagi. Perasaan takut, marah, bersalah, cemas, dan sedih membuncah lagi.

Entah sudah berapa lama ia menangis di sana, hingga kemudian terdengar ketukan di pintu kamar mandi.

"Yud..." Panggil Refan.

Yuda tak menjawab.

"Yud, lama banget mandinya?" Tanya Refan.

"Iya, bentar..." Jawab Yuda gelagapan.

Tak terdengar lagi suara Refan. Yuda menghembuskan napasnya. Dadanya terasa sesak. Ia malu untuk keluar kamar mandi. Ia tidak sanggup melihat ataupun dilihat Refan dan Wira. Apalagi jika teringat bagaimana kondisinya saat ditemukan keduanya. Ia terikat, telanjang dan nampak sangat lemah.

Membayangkan hal itu, hati Yuda menciut. Rasa malu itu semakin besar. Ia tidak ingin rasanya keluar dari kamar mandi dan bertemu siapapun.

Namun di satu sisi, ia ingin menunjukkan bahwa ia kuat dan tidak apa-apa. Ia tidak ingin Refan dan Wira menatap iba padanya. Ia laki-laki yang kuat.

Susah memang. Tapi Yuda menguatkan dirinya. Ia menyabuni semua tubuhnya dan menggosoki tubuhnya kuat-kuat (sambil terus berkumur), saat teringat lagi peristiwa buruk itu, ia menangis lagi.

Selesai mandi, ia keluar kamar dengan wajah menunduk. Namun ternyata tidak ada siapa-siapa di sana. Ia langsung menuju lemari pakaian.

Saat ia mengenakan pakaian, masuklah Refan. Perasaan Yuda kembali membuncah. Rasa malu dan tertekan menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia tak nyaman dan gemetaran.

"Udah mandinya? Kok lama banget?" Tanya Refan.

Yuda mengangguk.

Refan menatapnya lekat, membuat perasaan tak nyaman itu semakin kuat bagi Yuda. Apalagi saat Refan menatap tubuhnya dari ujung kaki sampai kepala. Ia buru-buru menunduk.

Refan mendekat. Yuda menahan napasnya. Ternyata Refan membawa tubuhnya ke dalam pelukannya.

"Kakak minta maaf, Yud. Ini semua karena kakak..." Ucap Refan dengan perasaan begitu bersalah.

Yuda hanya diam.

"Kakak dan Wira bakal bikin perhitungan sama dia. Sekarang Wira lagi urus semuanya. Kakak bakal balas apa yang udah dia lakukan ke lu."

Dada Yuda bergemuruh. Ia ingin marah pada Refan. Ia ingin berteriak. Tapi yang terjadi ia hanya diam dan air matanya jatuh lagi.

Refan melerai pelukannya. Ia mengangkat wajah sang adik. Ia menyeka air mata Yuda dengan jarinya.

PERWIRA YUDA (TAMAT)Where stories live. Discover now