46. Pertanyaan Yang Tak Disangka

3.1K 351 130
                                    

Buah Duku Buah Kedondong
Maafkan daku updatenya molor. 😂😂😂

***

Andhira pamit pada Agah untuk ke dapur dengan alasan hendak mengecek pekerjaan asisten rumah tangga terkait bahan menu masakan besok. Padahal sebenarnya ia punya agenda lain yaitu ingin menemui Wira.

Sebuah kesempatan untuk berbicara pada anak itu saat Yuda tidak ada, pikir Andhira.

Sebenarnya ia sudah ingin bicara dengan Wira selepas pulang dari rumah lamanya. Hanya saja saat itu Wira belum pulang. Anak itu pulang hampir berbarengan dengan Agah sehingga ia tidak punya kesempatan untuk menemui Wira.

Andhira mengetuk pintu kamar yang sedikit terbuka. Tidak ada pergerakan dari dalam. Ia mengetuk hingga tiga kali barulah Wira muncul membuka pintu.

"Boleh mama masuk?" Tanya Andhira melihat Wira hanya berdiri tidak ada inisiatif bertanya atau mengajaknya masuk.

Wira menepi sedikit. Andhira pun masuk. Ia berdiri mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar.

Wira duduk di sofa di depan TV yang menyala. Namun matanya tertuju pada layar ponsel di tangannya.

Andhira duduk di hadapan Wira sambil berkata,"Mama mau ngomong sama kamu, Wir."

"Silahkan," jawab Wira tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.

"Kalau orang lagi ngomong, usahakan tatap matanya, jangan main HP dulu..." Tegur Andhira.

Wira menarik napasnya kesal. "Kalau mau ngomong, ngomong aja," jawab Wira tidak memperdulikan teguran Andhira.

"Tindakan kamu ini nggak akan memperbaiki keadaan. Justru akan membuat kamu semakin banyak kehilangan. Kalau kamu mau cari kebenaran, bukan begini caranya. Memusuhi orang-orang yang nggak sependapat sama kamu itu justru  salah. Harusnya kamu rangkul mereka dan yakinkan mereka kalau kamu benar."

"Bilang aja lu gak terima karena gue bikin anak lu nangis kan?!"

"Tentu mama nggak suka kalau kamu menyakiti Yuda. Dia kan nggak salah. Sekarang yang terlihat jahat siapa di sini?"

"Gue nggak peduli. Biar lu bisa rasain apa yang gue rasain!"

"Kamu mau balas dendam atas sesuatu yang kebenarannya masih dipertanyakan. Ini sangat konyol dan buang-buang energi kamu, Wir. Apalagi kamu balas dendamnya dengan cara menyakiti orang lain, orang yang gak salah, justru yang sayang sama kamu."

"Lu emang jago ya mainin kata-kata. Udahlah, gak bakal mempan di gue. Yuda udah tahu alasan gue ngelakuin ini apa. Gue udah minta dia memilih. Gue hanya melakukan sesuai dengan pilihan dia."

"Kamu maunya apa sih, Nak? Kalau mama punya bukti lebih dari yang sudah ditunjukkan, mama bakal kasih. Apa yang mama bilang semuanya benar. Mama sama sekali nggak membunuh mama kamu. Udahlah, Wir. Mama capek dengan masalah ini. Mari kita hidup sebagai satu keluarga yang saling menyayangi satu sama lain..."

"Lu mau ngajak gue gencatan senjata? Nggak! Gue masih ingat semua kata-kata ancaman lu ke gue. Lu udah terlanjur menunjukkan belang lu ke gue."

"Apa yang mama katakan itu hanya untuk membuat kamu sadar dan berpikir. Karena kamu diomongin baik-baik nggak mau. Lalu harus dengan cara apa? Kamu terlalu keras kepala. Mama minta maaf. Kamu mau kan maafin mama? Kita lupakan semuanya..."

Wira tersenyum sinis.

"Sekarang kamu mama melakukan apa biar kamu bisa maafin mama?"

"Lu akui kesalahan-kesalahan lu di depan keluarga. Semuanya."

PERWIRA YUDA (TAMAT)Where stories live. Discover now