79. Perwira Yuda ( Final Chapter Bag. I)

4.7K 375 169
                                    

Ternyata masih kepanjangan guys. Ya udah digenapin jadi 80 chapter aja yak. 🙏🙏🙏

Katanya ada yang rindu sama quote author yang selalu membangkitkan semangat sobat santuy semua. Nih :

_Jikalau hati kecilmu mengatakan "cobaan apalagi iniii..." berarti anda telah mencoba varian baru_

Happy weekend guys! ❤

===

Yuda dan Refan terdiam dalam waktu yang cukup lama setelah menonton video dari flashdisk yang dibawa Wira.

Wira menghela napasnya. Ia kembali teringat ucapan Dira sore tadi setelah memperlihatkan isi flashdisk tersebut.

"Sebenarnya mama nggak mau memberikan ini padamu, Wir. Tapi mama tidak punya pilihan. Hanya ini satu-satunya bukti yang bisa menguatkan kalau mama tidak pernah ada niatan mencelakai almarhumah. Mama berharap setelah melihat video ini kamu bisa memetik pelajaran. Kamu selama ini sebenarnya dikelilingi oleh orang-orang yang punya cinta yang luar biasa besar. Sangat besar. Bagaimana besarnya cinta eyangmu kepada mamamu sehingga rela melakukan segala cara demi kebahagiaan anaknya, betapa dahsyatnya cinta mamamu ke papa Agah hingga napas terakhirnya, atau kuatnya cinta Papa Agah ke Mama... Walaupun apa yang mereka lakukan tak sebaiknya kita teladani, tapi mama ingin kamu tahu bahwa kekuatan cinta itu lebih besar dari apapun. Cinta bisa menjadi luka sekaligus penawar luka. Tergantung bagaimana kita bisa menyikapinya. Dan yang terpenting juga, ingatlah pengorbanan Mama Nalini untuk kamu. Harapannya ia bisa pergi meninggalkan dunia dengan tetap membawa kenangan dan citra manis di hati kamu. Tapi seperti kata orang kebenaran akan terungkap seiring dengan kebohongan yang akan memudar. Lupakan yang buruk dan marilah kita kenang almarhumah dengan segala kebaikannya..."

Wira menghembuskan napasnya. Dan sekarang ia berpikir bahwa kebenaran ini harus ia tunjukkan pada Yuda meskipun itu akan membongkar borok sang mama selama ini, tapi kebenaran tetaplah kebenaran...

"Yaa, begitulah. Ternyata mama kamu emang nggak salah, Duy," ucap Wira.

Yuda menghela napasnya. "Akhirnya semua terjawab. Aku lega..."

"Hubungan mereka ternyata pelik banget ya," timpal Refan. "Gue aja selama ini nggak tahu masa lalu mama. Mama emang hebat. Perjuangannya luar biasa," katanya dengan nada bangga.

Yuda mengangguk. Hatinya trenyuh dan bangga bisa terlahir dari rahim wanita setangguh sang mama.

"Tuh, lihat mama. Banyak banget cobaannya tapi gak nyerah. Kita juga harus kayak mama. Gak boleh nyerah dan kalah sama keadaan. Kita harus bangkit!" Kata Refan berapi-api.

Mereka kembali terhanyut oleh jalan pikirannya masing-masing.

"Ya udah, gue balik ke kamar. Udah pagi buta ini. Lu pada nggak mau tidur? Lu besok harus sekolah, Yud!" Refan akhirnya buka suara.

"Iya, kak..." Jawab Yuda pelan. "Gara-gara semua kejadian hari ini, aku gak belajar sama sekali padahal besok masih ujian... Gimana aku ujian besok..." Keluhnya.

"Nyontek ajalah besok," timpal Wira.

"Kayaknya sih emang harus nyontek besok. Semoga bisa. Aku sama sekali gak ada persiapan...," gerutu Yuda tak bisa membayangkan bagaimana kelimpungannya ia besok menghadapi ujian.

"Udah telat lu mau belajar sekarang. Mendingan lu tidur. Masa gak ada teman lu yang mau bantu?" Kata Refan. "Lu gimana Wir? Tidur di sini apa pulang? Kalo mau pulang buruan gih. Kita mau istirahat!"

"Aku boleh nginap di sini nggak?" Tanya Wira ke Yuda.

"Boleh nggak? Boleh nggak? Boleh dong, masa nggak!" Sambar Refan.

PERWIRA YUDA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang