78. Sakolepat

3.4K 326 176
                                    

Langsung aja yak!

***

Betapa hancur hati Dira setelah mendengar kabar bahwa sang tunangan tertangkap basah tidur dengan sahabatnya sendiri.

"Kamu percaya aku kan? Aku nggak mungkin melakukan hal sebejat itu. Apalagi terhadap Nalini!" Kata Agah mencoba meyakinkan.

"Terus kenapa bisa sampai terjadi hal seperti itu?"

"Harus berapa kali aku jelaskan, Dir? Aku datang dalam keadaan sadar, aku yakin seratus persen. Bagaimana mungkin aku tiba-tiba tak sadar sudah tidur dengan Nalini setelah meminum teh itu jika tidak dimasukkan entah apa di dalamnya."

Dira hanya bisa menangis. Air matanya bercucuran. "Lantas sekarang bagaimana?"

Agah tak menjawab.

"Kamu harus menikahi dia, kan?" Dira menjawab pertanyaannya sendiri sambil sesunggukan.

"Aku tidak mau menikahi dia."

"Kalau begitu kamu siap di penjara? Mereka cuma memberi dua pilihan, bertanggung jawab atau dijebloskan ke penjara..."

"Tanggung jawab apa? Aku nggak ngelakuin apa-apa!" Bantah Agah.

"Berduaan dengan gadis bukan muhrim tanpa mengenakan pakaian itu yang harus kamu pertanggungjawabkan. Terlepas katamu kamu dijebak, tapi Nalini mengatakan kamu sudah melecehkan dia. Orang tuanya sendiri yang memergoki kalian. Ada saksi juga. Lantas kamu mau membela seperti apa lagi? Lagipula kamu bukan berhadapan dengan orang sembarangan. Mereka orang berduit, dekat dengan orang-orang penting. Mereka bisa melakukan apa saja..."

Agah mendesah putus asa.

"Sudahlah, A'. Nasi sudah menjadi bubur. Nikahi saja dia," ucap Dira sembari beranjak pergi dari cafe sore itu. Ia berlari melintasi jalan tak perduli rinai hujan semakin melebat menguyupkan tubuhnya.

Rasa kecewa dan sakit hati membawa Dira pergi sore itu juga menemui Nalini di rumahnya. Gadis itu sedang duduk di teras dengan santai ditemani segelas teh dan cemilan sambil membaca buku. Melihat kedatangan sahabatnya yang terlihat kusut masai itu, Nalini dengan sigap menghampiri.

"Dira, kok hujan-hujanan begini?"

"Begini caranya?! Begini cara kamu merebut kekasih orang?!" Pekik Dira.

Nalini gelagapan. "Bukan begitu. Aku justru yang jadi korban."

"Korban katamu?! Saya tahu betul bagaimana Aa'! Tega-teganya kamu menjebak dia, Lin!"

"Apanya yang dijebak? Kamu pikir aku ini wanita apaan? Tiga tahun aku memendam perasaan sama Kang Agah. Kalau aku mau macam-macam sudah aku lakukan dari dulu!" Nalini membela diri.

Dira mendengus. Sekilas matanya melihat judul buku yang dipegang Nalini. Persiapan Sebelum Berumahtangga.

Cuih! Dira meludah. Serta Merta ia merebut buku itu dari tangan Nalini.

"Baru tahu saya kalau seorang korban pelecehan seksual begitu antusias menyambut pernikahannya!" Sindir Dira. Ia melempar buku itu ke halaman. "Seharusnya kamu mengurung diri di kamar, menangis dan meratapi tubuhmu yang kotor itu bukannya membaca buku itu!"

Tertampar dengan ucapan pedas Dira, Nalini tidak bisa berkata-kata. Kehabisan kata-kata ia melayangkan tamparan ke pipi Dira.

Tidak mau kalah, Dira menampar balik wajah Nalini dengan keras hingga tersungkur. Nalini mengaduh kesakitan. Dira menjambak rambut perempuan itu memaksanya berdiri.

"Bangun kamu perempuan sundal! Tunjukkan kegilaan kamu itu!!!" Teriak Dira.

Mendengar suara ribut-ribut dari luar, Dana, adik angkat Nalini yang sedang di kamar berlari menghampiri. Melihat sang kakak dan temannya itu adu jotos, ia segera memanggil orang tuanya yang sedang berada di ruang tengah.

PERWIRA YUDA (TAMAT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora