16. Kesan Pertama

6.6K 554 46
                                    

"Wira...! Apa-apaan sih kamu?!" protes Yuda berbisik ke Wira sambil melirik Agah dengan tatapan ketar-ketir.

Anehnya setelah menelisik Yuda sebentar setelah mendengar ucapan sang putra, Agah tidak melakukan apa-apa. Tetap duduk di tempatnya dan kembali membaca buku.

What? Reaksinya cuma segitu doang? Orang tua macam apa ini? Batin Yuda bertanya-tanya.

"Gue bakal bawa dia ke rumah ini dan tinggal sama gue!" Kata Wira lagi sambil menegapkan tubuhnya.

"Wira, kamu apa-apaan sih??!" Yuda menarik-narik pergelangan tangan Wira.

Agah masih santai seperti manusia tanpa ekspresi. Begitu tenang dan sama sekali tak terganggu dengan ucapan sang anak.

Fix! Anak sama Bapak sama-sama gak beres, kata Yuda dalam hati.

"Udah, yuk ah!" Yuda mencoba menarik Wira menjauh dari ruangan itu.

Wira manut saja ketika lengannya ditarik Yuda. Tapi tatapannya tetap menghujam ke sosok sang papa yang tidak melepaskan matanya dari buku di tangan. Sepertinya isi buku itu lebih seru ketimbang informasi yang disampaikan Wira yang mana bagi orang tua lain bak petir di siang bolong.

Saat sosok Wira dan Yuda pergi, Agah mengangkat wajahnya dan melempar pandangan ke ambang pintu...

***

Yuda menarik Wira menuruni tangga dengan perasaan cemas, takut dan shock bercampur aduk.

Di tengah tangga, Yuda melepaskan tangan Wira dan menatap cowok itu tajam seolah-olah harimau yang ingin menerkam mangsa.

"Kamu gila ya?! Apa sih yang ada di pikiran kamu ngomong kayak gitu barusan?!" Sembur Yuda kesal.

"Kenapa? Lu gak mau gue kenalin ke ortu gue?" Wira balik nanya.

"Kamu udah tahulah hubungan kita bukan hubungan biasa."

"Gue pikir lu bakal bangga..."

"Bangga? Gue rasa ini udah keterlaluan."

"Gue udah setingkat di atas lu dalam hubungan kita. Gue udah jujur dan udah ngasih tahu ke bokap gue. Sementara lu?"

"Sorry to say, gue nggak pernah ada niat untuk ngasih tahu tentang orientasi gue ke keluarga gue. Karena gue sadar, faktanya hampir nggak ada tempat buat orang kayak kita di sini..."

"Gue Wira. Gue bisa ngelakuin apapun yang gue mau," balas Wira.

Yuda melengos. Dia lupa sedang bicara dengan siapa. Sosok di hadapannya bukanlah Wira si tukang palak, tapi seorang anak konglomerat terkaya di kota ini.

"Pokoknya aku nggak suka kamu ngambil keputusan sendiri. Kamu harus kasih tahu aku dulu dan kita diskusi dulu sebelum memutuskan hal kayak gini. Nggak bisa langsung ngomong gitu aja!" Yuda bersikukuh. "Gimana kalo papa kamu nyari tau tentang aku? Terus beliau lapor ke mama aku?"

"Lu lihat nggak tadi reaksinya gimana? Dia nggak perduli," jawab Wira sembari menuruni tangga mendahului Yuda.

"Sebenarnya kamu sama papa kamu ada masalah apa sih?" Tanya Yuda seraya mengekori Wira. "Bukan bermaksud sotoy, tapi hubungan kalian kayaknya nggak baik deh..."

"Memang," jawab Wira enteng.

Yuda terkekeh. "Tipikal banget ya."

"Maksudnya?"

"Ya gitu. Orang kaya mah suka gitu problemnya. Harta melimpah, tapi hubungan keluarga nggak harmonis," jawab Yuda.

Kali ini giliran Wira yang terkekeh. "Ironis..." Katanya.

PERWIRA YUDA (TAMAT)Where stories live. Discover now