9. Akang

7.6K 629 206
                                    

Wira menghidupkan mesin motornya. Tapi ia tak langsung menyuruh Yuda naik, melainkan sibuk dengan ponselnya. Entah ia sedang mengetik apa. Membalas chat atau semacamnya barangkali. Setelah sekitar tiga menit terlewati, cowok itu baru menyuruh Yuda naik ke boncengan seraya memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.

"Gue langsung antar lu pulang ya, Duy? Maaf nih gak bisa ngajak lu jalan-jalan," kata Wira.

"Yang mau jalan-jalan siapa?" Balas Yuda sambil menautkan alisnya mendengar ucapan Wira yang kepedean.

"Karena lu gak mau jalan-jalan makanya kita langsung pulang."

Yuda berdecak kesal mendengar balasan Wira yang tak berbobot sama sekali.

Dalam perjalanan pulang kali ini, Wira lebih banyak diam. Ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan mengeluar-masukkan ponsel ke saku baju seragam (mungkin ia merasa ribet jika harus mengembalikan ke celananya) dan akhirnya ponsel itu terus berada di genggaman tangannya sambil memegang stang motor.

"Kamu lagi chat sama siapa sih? Bisa gak ntar aja?" Tegur Yuda.

"Bentaran doang," kata Wira sambil kembali menulis sesuatu di ponselnya.

"Bentaran apanya? Aku perhatiin dari sebum kita berangkat," terang Yuda.

"Sekali lagi. Habis itu sudah."

Yuda memutar bola matanya kesal.

"Ini soal masa depan , bro!" Seru Wira sambil memasukkan kembali ponsel ke saku baju seragamnya.

"Fokus sama jalan. Ini jalanan ramai..." Omel Yuda.

"Iya, iyaaa."

Mereka kembali saling berdiam. Hingga akhirnya mereka sampai ke kompleks perumahan Yuda.

"STOP! STOP!" Teriak Yuda sambil memukul-mukul bahu Wira saat cowok itu terus saja melaju melintasi rumahnya.

"Ikut gue sebentar ya."

"Kemana???"

"Ke rumah gue. Sebentar aja."

"Aduh, kamu tuh---"

"Sebentar aja. Habis itu gue anterin lu pulang."

"Apasiihh... Kita udah lewat depan rumah akuuu."

"Iya. Gue mau pulang bentar mau ganti baju. Habis itu mau pergi lagi. Jadi gue pikir sekalian aja ajakin lu. Emang lu gak mau tahu tempat tinggal bakal calon pacar lu?"

"Grrr...!"

***

Yuda sedikit surprise ketik mengetahui tempat tinggal Wira tidaklah seberapa jauh dari rumahnya. Kira-kira hanya memakan waktu lima menitan dengan mengendarai sepeda motor.

"Jadi rumah kita deketan?" Tanya Yuda.

"Iya," jawab Wira seraya membelokkan motornya ke kanan memasuki sebuah gang cukup lebar hingga bisa dilewati satu buah mobil. Setelah melintasi tiga buah rumah, Wira kembali membelokkan motornya ke arah kanan, memasuki sebuah rumah kecil dengan pekarangan cukup luas.

Jujur melihat kondisi rumah yang sangat sederhana, dengan cat yang sudah mengelupas, dan tanpa pagar, sulit bagi Yuda membayangkan bahwa di sanalah Wira bertempat tinggal selama ini. Apalagi melihat tampilan Wira yang wangi, bersih, good looking seperti selebgram yang memilik followers jutaan itu, ditambah lagi mengendarai sebuah moge, melihat keadaan rumahnya yang sangat sederhana rasanya begitu kontras dengan penampilannya.

Well, bukan maksud Yuda ingin mengkotak-kotakkan atau menilai orang hanya dari tampilan luarnya saja, bukan pula menyamaratakan bahwa orang-orang dari kalangan ekonomi menengah ke bawah itu tak ada yang rapi, wangi dan menarik, banyak kok. Apalagi zaman sekarang. Jangan mudah terperdaya hanya karena casing semata. Di luaran tampilan bak sosialita, tapi rumah berdinding bambu bukanlah cerita fiktif belaka contohnya saja Wira. Tapi meskipun begitu tetap sulit bagi Yuda untuk meyakini apa yang dilihatnya.

PERWIRA YUDA (TAMAT)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt