61. Tekad Wira

2.8K 335 217
                                    

Wah, besok udah weekend aja ya. Biar semangat nih author kasih motivasi yaaa.

__Jangan mengeluh jika hidupmu susah. Mereka yang terlihat hidup bahagia belum tentu hidupnya susah seperti kamu. Ayo jangan semangat!___

Happy Weekend all!

===

Sudah satu jam berlalu, namun Wira tak kunjung menghubunginya kembali setelah tadi pamit "Bentar ya, Duy, ada yang ngetuk pintu nih...".

Saat itu keduanya sedang video call. Rencananya mau belajar bersama. Wira sudah menyiapkan buku matematika dan menunjukkannya pada Yuda bab berapa yang mau dipelajari.

Namun setelah memutuskan sambungan, Wira tidak menghubunginya lagi. Yuda pikir mungkin temannya yang datang. Tapi setidaknya Wira bisa memberitahu. Yuda pun tidak terlalu memikirkannya dan memutuskan belajar sendiri.

Setengah jam kemudian, ia kembali memeriksa ponselnya. Ia membuka WhatsApp dan di pojok kiri atas tertulis  Wira online 40 menit yang lalu.

"Akang kemana sihh...?" Gerutu Yuda. Ia mengirimkan pesan. Setelah itu mencoba menelepon tapi tetap saja tidak mendapatkan respon.

Yuda menaruh ponselnya dan bertanya-tanya siapakah yang datang menemui Wira? Apa mungkin Ken? Bisa jadi, hatinya membenarkan. Ken datang tiba-tiba sehingga Wira tidak sempat menginformasikan padanya lagi. Kalau memang yang datang itu si Ken, kemungkinan Wira membawa cowok itu keluar kamar dan meninggalkan ponselnya, hati kecil Yuda membuat analisa.

Hingga jarum jam hampir menyentuh pukul sepuluh malam, Wira tetap tak ada kabar. Yuda kembali mencoba menghubungi WhatsApp Wira. Ia juga mengirimi sang pacar pesan.

Aduy : Kang

Aduy : Kaanggg

Aduy : Akang lagi apa sih? 😒

Cukup lama menunggu, dengan sedikit kesal ia akhirnya keluar kamar untuk menuntaskan rasa penasarannya...

***

Wira menatap wajahnya di cermin. Di pelipis, di atas alis sebelah kanannya, di sudut bibir kiri, dan di tulang pipi kanannya nampak luka dan lebam akibat pukulan sang papa.

Wira mengusap air matanya yang mulai menyusut pada pipinya yang sembab. Ia nampak sangat berantakan. Untuk pertama kali dalam hidupnya ia merasa sangat lemah dan hancur. Ia tidak sanggup untuk menyembunyikan kesedihannya dan membiarkan semuanya terpantul pada cermin di hadapannya.

Suara teleponnya kembali terdengar. Entah sudah berapa kali. Namun ia tetap enggan untuk menyentuhnya. Segala kesedihan sedang menyerap semua energinya hingga tak ingin melakukan apa-apa kecuali berkubang dalam air mata.

Wira terus menatap pantulan wajahnya di cermin dengan wajah sendu, tak habis pikir bagaimana bisa seorang ayah menghadiahkan semua luka dan lebam ini pada anaknya sendiri. Ia sadar ia bukanlah anak yang berbakti, namun apakah semua luka yang ia dapatkan dari sang papa malam ini setimpal dengan segala kesalahannya selama ini?

Terselip tekad dalam hati Wira untuk tidak akan mengobati semua luka itu. Biar papanya melihat sendiri apa yang sudah ia perbuat padanya. Ia berharap rasa bersalah menghinggapi hati sang papa setiap melihat semua luka di wajahnya.

Ia menghembus kan napasnya perlahan-lahan dan berat. Ia menunduk. Air matanya sudah kering meskipun kesedihan itu masih sangat terasa mengungkung jiwanya.

Ponselnya lagi-lagi berbunyi. Meski enggan kali ini ia berjalan mengambil ponsel tersebut. Gak ada gunanya gue terus kek gini. Cukup gue nangis karena perlakuan bajingan itu. Gue gak pantas meneteskan air mata karena dia, hatinya mencoba tegar.

PERWIRA YUDA (TAMAT)Where stories live. Discover now