26. Cerita Andhira

4.8K 439 93
                                    

Pelajaran jam pertama baru saja selesai ketika Wira dan tiga orang temannya yang sama-sama duduk di pojokan cabut dari kelas sebelum guru mata pelajaran kedua masuk. Pelajaran kedua itu adalah pelajaran bahasa Inggris yang paling tidak disukainya. Jadinya mereka berempat berlari cepat menuju kantin sambil ketawa-ketawa.

Mereka berempat sembunyi di ruangan khusus yang memang sudah disediakan oleh pemilik kantin atas permintaan Wira sejak kelas satu SMA. Tepatnya di sebuah ruangan belakang yang berhadapan dengan dapur sehingga setiap ada razia siswa yang mangkir dari kelas, mereka nggak pernah kedapatan. Sang pemilik kantin sih senang-senang aja menyelamatkan empat begundal itu, sebab Wira selalu memberi uang lebih setiap jajan. Apalagi mereka tidak pernah macam-macam. Palingan ngegame dan beberapa dari mereka merokok atau tidur.

Wira baru saja menghempaskan pantatnya di kursi kayu panjang yang disediakan di ruangan persembunyian mereka saat sebuah pesan WhatsApp masuk.

Sebuah pesan gambar dari Samsir.

Samsir : Bos, nih tempat kerjanya si ibu. Dia baru nyampe

Wira memperbesar foto yang dikirimkan si Samsir. Terdapat sebuah plang merk bertuliskan "Biro Perjalanan dan Wisata (Tour and Travel) SADAJIWA" berikut alamat yang tertera di bawahnya.

Bos Wira : Bagus. Awasi terus!

Samsir : siyap boss

Wira menyandarkan tubuhnya ke dinding. Ia hampir saja menghubungi Yuda. Tapi ia ingat saat ini sang pacar pasti sedang mengikuti proses belajar-mengajar.

Wira menghela napasnya. Dia sayang banget sama Yuda. Tapi kenapa Yuda harus terlahir dari wanita gundik itu. Tak bisa dipungkiri, sekarang setiap melihat wajah Yuda, ia jadi teringat dengan wajah pelakor itu juga. Hal ini membuatnya dilema. Ia tidak ingin Yuda terlibat dalam masalah pelik yang sedang dihadapinya. Tapi ia yakin apa yang akan ia lakukan nanti, pasti akan berimbas pada sang pacar.

***

Saat jam istirahat kedua, nada pesan WhatsApp Wira kembali berbunyi. Kali ini datang dari Itok.

Itok : Boss, papanya boss pergi ke tempat tur n trepel.

Pasti Sadajiwa, desis Wira.

Boss Wira : Sadajiwa bukan nama tempatnya?

Itok : bener boss.

Boss Wira : awasi terus. Itu tempat ibu2 yang gue kasih fotonya semalam.

Itok : 👍.

Wira mengepalkan tinjunya. Jangan-jangan setiap hari selama ini mereka selalu ketemuan, geram Wira.

Beberapa menit kemudian, masuk lagi chat dari Samsir.

Samsir : Bos tadi mobil papanya bos mondar-mandir di jalan Karya Bakti.

Bos Wira : terus dia berhenti di mana?

Samsir : gak berhenti. Cuma lewat aja gitu beberapa kali. Pelan-pelan kayak lagi nyari sesuatu.

Wira mengerutkan keningnya. Aneh. Ngapain papa mondar-mandir di sana? Nggak mungkin kan nyari rumah Yuda? Lagipula nggak mungkin Papa nggak tahu rumah si gundik. Gue yakin papa pasti mau ketemuan sama tuh orang. Tapi karena gak tahu rumahnya atau entah gimana, akhirnya papa menemui tuh jalang ke kantornya, analisa Wira dalam hati.

***

Wajah Andhira nampak sedikit tegang. Berbanding terbalik dengan Agah yang sangat santai.

"Kamu terlalu berlebihan, Dir. Aku ini bukan penjahat yang harus kamu jauhkan dari keluarga kamu. Pantas saja selama ini aku tak pernah bertemu dengan anakmu. Ternyata kamu punya satu rumah lagi untuk mereka yang kamu sembunyikan dari aku rupanya."

PERWIRA YUDA (TAMAT)Where stories live. Discover now