39. Dilema

3.4K 358 116
                                    

Yuda menangkap kilatan marah pada tatapan Wira. Tentu saja siapa yang tidak marah ketika mengetahui bahwa orang yang kita sayangi ternyata dicelakai orang lain. Terlebih-lebih itu adalah orang yang telah melahirkan kita. Dada Yuda pun terasa bergejolak mengetahui hal tersebut.

"Ini benar-benar buruk. Siapa yang tega ngelakuin ini..." Desis Yuda setelah mereka berada di parkiran.

Wira hanya diam.

"Pasti ada orang dalam yang terlibat," terka Yuda.

Wira masih tetap membisu. Ia naik ke atas motor, mundurin motornya sedikit lalu membelokkan stang motor menghadap ke pintu keluar dan menghidupkan mesin tepat di samping Yuda. Yuda pun naik dan mereka perlahan meninggalkan pelataran klinik.

"Akang udah punya belum gambaran kira-kira siapa pelakunya?" Tanya Yuda.

"Ya."

Mata Yuda membesar. "Siapa...???"

Wira tak menjawab.

"Kang...? Siapa?" Ulang Yuda.

"Ntar juga kamu tahu."

Yuda berdecak kesal mendengar jawaban Wira. "Kenapa sih selalu gitu?" Gerutunya.

Tiba-tiba Wira mengerem mendadak, hingga terdengar decitan roda beradu aspal. Tindakannya yang tiba-tiba itu hampir saja membuat Yuda terpental dari jok.

"Kang.. !" Seru Yuda kaget bukan kepalang. Jantungnya serasa mau copot. "Apa-apaan sih???"

Wira menepi sekaligus mematikan motornya namun tidak bergerak dari tempatnya. Tidak turun hanya mematung duduk di atas mogenya dengan pandangan kalut menghadap ke depan.

"Kenapa sih setiap ada masalah akang selalu kek gini???" Cecar Yuda sembari mengatur detak jantungnya yang masih berdegup tak beraturan.

Wira masih dengan jurus diamnya.

"Nggak enak Kang dikacangin kek gini. Baru aja semalam aku ngomong, hari ini udah dibikin lagi. Nggak tau deh...." Keluh Yuda.

"Kang!" Seru Yuda keras saat Wira masih dengan aksi diamnya. Kesabarannya hampir saja habis menghadapi sikap dingin Wira. Ia turun dari boncengan.

"Aku tahu perasaan kamu lagi kacau, tapi---"

"Kamu tahu, tapi kamu nggak peka!" Potong Wira sambil memberikan tatapan tajam ke Yuda.

Yuda terkejut dengan kemarahan Wira. Tapi justru reaksi yang diberikan Wira membuatnya semakin kesal.

"Jadi kamu maunya gimana?? Aku diam sampai kamu yang ngomong?!"

"Aku lagi mumet ini, Duy. Masa sih kamu gak ngerti???" Balas Wira.

"Justru karena aku tahu makanya aku mau bantu ngeringanin kemumetan kamu. Tapi kalo kamu diam aja tiap diajak ngomong gimana aku bisa bantu? Kita cari penyelesaiannya sama-sama. Emang kalo diam kayak gitu masalahnya selesai?!"

"Kamu tuh nggak tahu."

"Makanya kasih tahu, Kaanggg. Masa kita harus saling kenceng-kencengan urat leher dulu kamu baru mau ngomong?"

"Udahlah," kata Wira.

"Terserah!" Kata Yuda sambil berjalan menjauh. Kesabarannya habis menghadapi Wira.

Wira menghela napas. Ia menghidupkan motor dan mengendarainya mengikuti serta mensejajari langkah Yuda.

"Buruan naik," kata Wira.

Yuda tidak menggubris ucapan Wira. Ia terus saja berjalan dengan mimik wajah manyun.

"Ayolah, nggak usah ngambek-ngambek, ah!" Kata Wira lagi.

PERWIRA YUDA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang