40. Diluar Jangkauan Area

3.4K 367 168
                                    

Yuda bangun dengan kepala terasa berat. Waktu baru saja pukul setengah lima, tapi ia sengaja bangun lebih awal pagi ini. Ia ingin mengajak mamanya bicara sebelum Agah dan Wira bangun. Ia harus bicara empat mata pada sang mama tentang segala tuduhan Wira semalam yang sukses membuatnya tidak bisa tidur dengan nyenyak.

Yuda turun dari tempat tidur dan langsung keluar kamar. Ia menemukan beberapa ART sudah mulai mengerjakan tugasnya masing-masing. Yuda mencari mamanya di dapur. Setelah ia tak menemukannya di sana, ia pergi ke kamar mamanya. Kamar mama dan papa Agah masih tertutup. Yuda memutuskan menunggu di sana. Ia duduk di salah satu kursi sambil membuang pandangannya ke luar jendela.

Butuh beberapa menit ia menunggu di sana barulah terdengar suara pintu dibuka. Yuda langsung menoleh dan pas sekali Mamanya yang keluar.

Yuda belum sempat buka suara, tapi Andhira sudah melihat keberadaannya.

"Lho, Yud, ngapain di sini?" Tanya Andhira sambil membenarkan cepol rambutnya.

"Nunggu mama. Aku mau ngomong sama mama."

Andhira menghela napasnya. Ia duduk di samping Yuda. "Ya udah, ngomong aja."

Yuda mengubah posisi duduknya menghadap sang mama. Ia menatap Andhira. Andhira membesarkan matanya.

"Apa?" Tanya Andhira.

"Soal obat mama Nalin, mama jujur kan soal itu?"

Andhira mengangguk.

"Ma, aku mohon mama jujur ke Yuda."

"Bagian mana yang kamu anggap mama berbohong?" Tanya Andhira.

"Mama pasti ngerti maksud Yuda."

"Mama udah jelasin kalau mama menukar obat yang benar."

"Oke. Tapi bagaimana dengan bantahan Wira? Apa yang dibilang Wira masuk akal. Sebelumnya Wira juga pernah cerita tentang mamanya. Aku juga udah ketemu sama mamanya. Beliau kelihatan baik-baik aja. Sulit buat percaya kalau dia berusaha mencelakai dirinya sendiri."

Andhira tersenyum. Terdengar sedikit dengusan keluar dari sudut bibirnya.

"Seberapa banyak kamu tahu tentang Mama Nalini? Sudah berapa kali kamu ketemu dia? Seberapa lama juga Wira mengenal mamanya dibandingkan Mama mengenal mamanya?"

"Berapa lamanya nggak menjamin kita tahu orang itu atau nggak."

"Kalian tahu hanya sepersekian dari kehidupan Mama Nalini, Nak. Hanya luarnya saja, belum menyelami sampai kedalaman isi hatinya. Berapa banyak kasus orang yang terlihat baik-baik saja namun ternyata hari-harinya bergulat dengan depresi? Bahkan sampai berakhir bunuh diri? Itu bukan sesuatu yang mustahil, Yud."

"Wira itu anaknya. Ikatan batin keduanya pasti ada."

"Bagaimana dengan kita berdua? Kamu anak mama. Apakah ikatan batin kita nggak ada sehingga kamu bisa meragukan mama?"

"Aku percaya sama mama, tapi apa yang disampaikan Wira gak bisa aku abaikan gitu aja."

"Kamu tahu berapa banyak Wira menghabiskan waktu bersama mamanya? Seberapa peduli Wira sama mamanya selama hidupnya? Bagaimana Budi pekerti Wira pada mamanya? Mama nggak perlu jelaskan tentang itu?"

"Wira bukan nggak sayang sama mamanya. Tapi dia ngelakuin itu karena kecewa."

"Wira nggak tahu tentang mamanya sama sekali."

"Yuda bilang, mama punya syarat sebelum mau menikah dengan Papa Agah," kejar Yuda lagi lalu menyampaikan apa yang dikatakan Wira padanya semalam.

"Mama memang bicara tentang harta dan terjaminnya hidup kita. Apa itu salah? Kita masuk ke dalam lingkaran bukan keluarga biasa, Nak. Kehidupan keluarga orang kaya terkadang sangat kejam. Saat kita melangkahkan kaki ke rumah ini, maka ibarat hewan di alam bebas yang ditangkap dan dimasukkan ke dalam kebun binatang, kita akan jadi tontonan dari segala arah. Baik oleh pengunjung ataupun oleh sesama penghuninya. Mama nggak tahu apakah semua keluarga besar Tarangga setuju dengan pernikahan ini. Mama hanya jaga-jaga dari segala kemungkinan buruk, Nak. Seandainya Mama Nalin sembuh, mama akan jadi istri kedua. Dan kamu tahu sendiri bagaimana persepsi orang terhadap istri kedua? Mama akan tutup kuping kalau itu keinginan mama, tapi masalahnya mama melakukan itu demi orang lain. Hati manusia bisa berubah, gimana kalau nantinya Mama Nalini menyesali keputusannya? Mama bisa apa? Siapa yang akan mempertahankan mama di rumah ini? Setidaknya jika kita pergi, mama harus pastikan ada harga yang harus mereka bayar. Tapi sayangnya, nyawa Mama Nalini nggak tertolong. Memang akhirnya mama menggantikan posisi dia sebagai istri. Tapi apa lantas masalahnya selesai? Nggak, Nak. Mama harus belajar bagaimana memantaskan diri sebagai bagian keluarga ini. Mama sudah banyak belajar dari masa lalu. Kesalahan diawal akan sulit diperbaiki. Jadi mama harus cermat di awal. Apapun yang terjadi ke depan, bagi mama kehidupan kamu harus terjamin. Papa Agah bertanggungjawab atas masa depan kamu. Kamu anaknya, kamu bagian keluarga ini dan mama sebagai istrinya punya hak untuk mengatur rumah tangga ini. Mama nggak mau direcoki oleh orang luar. Semua itu demi kebaikan kita. Jika ini disalah artikan oleh Wira, mama menikahi papanya karena harta, mama rasa selama ini kehidupan kita terjamin. Mama masih bisa menghidupi kita dengan usaha peninggalan papamu. Jika mama mengejar harta, mama tidak akan merelakan bagaimana ibu Refan mengambil hak kita. Jika ini tentang harta, mama nggak perlu mengotori tangan mama dengan melenyapkan seseorang. Mama cukup jadi istri simpanannya papa Agah dari dulu dan dia akan memberikan apapun yang mama mau. Tapi kenapa mama nggak ngelakuin itu meskipun mama punya kesempatan untuk itu?"

PERWIRA YUDA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang