30. Mencuri Dengar

4.9K 458 45
                                    

Muka Wira langsung berubah. Ada amarah di sana.  "Dasar brengsek!" Umpat Wira geram.

Sementara Andhira hanya menghela napasnya pelan. Sesuatu melintas di benaknya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Ia kemudian pamit sebentar sambil mengeluarkan ponsel dari tasnya. Ia kemudian pergi menjauh.

Setelah Andhira pergi, Wira menatap Bang Lukman.

"Bang, tolong jagain Mama bentar ya. Gue mau pulang sebentar, mau mandi," kata Wira.

Bang Lukman mengangguk.

"Bos mau pakai mobil apa motor? Kalau mau pake mobil ini kun---" Lukman tidak meneruskan ucapannya sambil meraba-raba kantong baju dan celananya seakan-akan sedang mencari sesuatu.

"Waduh HP ketinggalan di mobil. Ambil HP dululah. Yok barengan aja kita ke luarnya, Bos!" Ajak Bang Lukman.

"Bang Lukman ambil aja dulu HP-nya. Aku pulangnya juga nunggu Yuda pulang."

"Oh, ya udah. Bentar ya, Bos," kata Bang Lukman sambil ngibrit pergi ke parkiran.

Wira kemudian mendekati Yuda yang sedari tadi diam aja bersandar di dinding dengan lesu.

"Kamu capek ya? Habis ini kamu pulang ya. Aku juga mau pulang," kata Wira.

Yuda mengangguk.

Wira mengelus rambut Yuda. "Maaf ya kencannya berakhir di sini."

"Gak apa-apa kok..."

Wira tersenyum.

***

"Gah, apa yang udah kamu katakan sama Nalini? Jangan bilang kalau kamu---"

"Hanya mengobrol singkat tentang percakapan kita tadi pagi," potong Agah.

"Ya Tuhan, kamu pasti bilang aku akan menerima lamaran kamu kalau dia mengizinkan kan? Gila kamu!" Semprot Andhira penuh emosi.

"Aku hanya menyampaikan ucapan yang kamu berikan, Dir."

"...Kamu pura-pura bodoh, Agah! Apa yang harus aku katakan pada Nalini saat dia siuman nanti?!" Geram Andhira berusaha menahan suaranya. Meskipun saat ini ia berada di sebuah koridor yang sepi.

"Kamu keterlaluan sekali. Kamu mengacaukan semuanya! Kamu membuat masalah bertambah rumit dan tak berkesudahan!"

"Aku menyampaikannya secara baik-baik. Aku mengajaknya bicara empat mata dan dia saja yang bereaksi berlebihan," kata Agah.

"Semakin lama kamu semakin tak punya hati nurani, Gah. Bahkan jika itu mengorbankan orang lain kamu tak lagi perduli."

"Aku berhak mengejar kebahagiaanku."

"Orang lain juga begitu. Aku juga berhak untuk tidak diusik ketenangan hidupku sama kamu!" Balas Andhira.

"Aku memperjuangkan kebahagiaan kita, Dir. Kebahagiaan kita sudah diusik."

"Tolong jangan memakai kata 'kita' untuk kegilaan kamu itu, Agah. Kalau memang kebahagiaan kita yang kamu maksudkan, seharusnya kamu tidak akan membuat masalah seperti ini!" Kata Andhira keras sebelum memutuskan sambungan telepon secara sepihak.

Setelah itu ia buru-buru kembali ke ruangan tunggu. Ia berpapasan dengan Lukman.

"Bu..."

PERWIRA YUDA (TAMAT)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن