29. Koma

5.8K 479 80
                                    

Hulla. Gw baleekkk. Maaf tak lama update soalnya rada-rada sibuk sama rada-rada mager xixixi.

===

Yuda dan Wira kembali ke kebun. Dengan motor trail mereka mengitari area perkebunan yang luas mencari buah-buahan. Suatu kegiatan baru yang menyenangkan bagi Yuda. Mereka menikmati buah-buahan sampai puas. Mereka menyimpan sedikit untuk dibawa pulang.

Saat sedang berkendara melewati semak belukar di samping area perkebunan, Yuda melihat puluhan buah buah kecil-kecil merah di antara batangnya yang hijau dan berduri.

"Itu buah arbei hutan," terang Wira.

"Bisa dimakan kan?"

"Bisa. Kamu mau?"

"Mau. Rasanya gimana?"

Wira menghentikan laju motornya tepat di depan rerimbunan hijau batang arbei yang tumbuh subur.

"Rasanya ada yang manis, ada yang asem," jawab Wira.

Yuda langsung turun dan memperhatikan buah merah bab mungil itu dengan mata berbinar-binar.

"Tuh lihat, di bawahnya udah memerah berjatuhan di tanah," kata Wira sambil menunjuk tanah di dekat kaki Yuda.

"Kenapa gak dipetik? Bisa dijualkan?"

"Bisa. Di supermarket sering akang lihat yang jual."

"Ooh, I see. Ini yang mirip strawberry itu ya? Aku beberapa kali lihat dan aku pikir itu strawberry. Tapi kok bentuknya agak beda. Ternyata buah iniii?"

Wira mengangguk. Ia memetik sebutir yang ranum dan besar dari yang lainnya, warnanya merah sedikit mengkilap dan lembut. Ia memberikannya pada Yuda.

Yuda langsung memasukkan buah itu ke dalam mulut dan langsung mengangguk-angguk.

"Manis. Enak."

"Iya. Kalo yang teksturnya lembut dan merah gini pasti manis. Tapi kalo masih mengkal kebanyakan sih asem..." Terang Wira.

"Gak nyangka seorang anak CEO kaya raya kayak Akang ngerti hal ginian," kata Yuda.

Wira terkekeh. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ia langsung menerima panggilan tersebut.

Tiba-tiba Yuda melihat air muka Wira berubah tegang. Ada apa ya? Batin Yuda.

"Kita pulang!" Kata Wira setelahnya sambil naik ke atas motornya.

"Ada apa, Kang?" Tanya Yuda.

"Tadi Bang Lukman telepon. Ada hal penting di rumah mama. Gak tau apa. Kita disuruh pulang."

Jantung Yuda berdetak kencang. Ia punya firasat bahwa sesuatu hal yang penting tersebut rasanya bukanlah suatu hal yang menyenangkan.

"Semoga bukan hal yang buruk ya, Kang," kata Yuda mencoba membuang pikiran buruknya jauh-jauh.

"Ya," jawab Wira singkat.

Akhirnya mereka pulang. Sepanjang perjalanan, mereka lebih banyak berdiam diri, hanyut oleh pikiran masing-masing. Terutama Wira. Ia bertanya-tanya hal apakah yang sudah terjadi? Kenapa Bang Lukman yang menghubunginya? Sialnya, sang satpam itu tidak mau mengatakan hal apa sebenarnya. Ia hanya mengatakan ini menyangkut sang mama. Mama sakit? Tapi sebelum pergi, kondisi sang mama baik-baik saja. Atau mama tiba-tiba jatuh sakit?

Sial. Gue benci dibikin penasaran kayak gini, batin Wira kesal.

Ia pun memacu kendaraannya makin cepat. Membuat Yuda yang duduk di belakangnya merapatkan pegangannya ke pinggang Wira.

PERWIRA YUDA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang