Soma

20.4K 2.5K 110
                                    

Gandhi sudah bersiap untuk acara jamuan makan malam yang diadakan oleh Tuan Soeroso. Akhirnya ia bisa memenuhi undangan dari eyang Grahita itu ketika akhir pekan tiba karena ia masih sibuk oleh beberapa hal. Sempat tak yakin untuk bisa dalam waktu dekat, namun Gandhi berinisiatif untuk segera datang sebagai upaya menghargai dan juga--salah satu misinya yang pasti.

Gandhi sudah sampai di rumah megah itu pukul 19.45 WIB. Padahal undangannya adalah pukul 20.00 WIB. Entah Gandhi yang terlalu bersemangat atau memang disiplin sudah menjadi bagian dari nadinya.

Gandhi tampak bingung hendak berbuat apa setelah sampai di sana. Beruntung, seorang perempuan yang mengenakan seragam menemui dirinya yang tampak kebingungan mencari sesuatu.

Gandhi langsung diarahkan oleh pekerja di sana untuk masuk ke bagian dalam rumah. Tampak luar rumah memang sepi, namun ketika sampai di samping rumah yang seingat Gandhi adalah kolam renang itu, ia melihat banyak pekerja yang mondar-mandir di sana. Mereka bekerja dengan begitu cepat dan rapi.

"Nak Gandhi?" sapa Tuan Soeroso yang terlihat rapi dengan balutan kaos polo warna birunya. Pria senja itu masih ingin terlihat seperti anak muda. Lalu laki-laki itu mengajak Gandhi untuk mendekat ke arah meja makan di pinggir kolam renang itu. Sebelumnya, Gandhi mencium punggung tangan kanan Tuan Soeroso dengan begitu sopan.

Gandhi melihat Grahita yang terlihat sibuk menata makanan di meja makan. Gadis yang mengenakan dress berwarna coklat panjang itu terlihat cantik malam ini. Mungkin hanya dress sederhana, namun terlihat sangat pas di kulit Grahita yang putih bersih. Ah kapan Grahita tak terlihat cantik?

"Tata, ayo bersiap, jangan terlalu banyak memforsir tenagamu," ucap Tuan Soeroso pada Grahita yang sibuk menata makanan.

Grahita hanya tersenyum, lalu menghampiri kedua laki-laki itu. Grahita menatap arlojinya.

"Selalu disiplin," celetuk Grahita yang mendapat senyuman lebar dari Gandhi.

"Maaf jika harus menunggu. Ini sudah selesai," ucap gadis itu kembali.

Lalu mereka duduk di kursi meja makan yang diletakkan di pinggir kolam renang. Mereka bertiga menikmati makan malam sederhana yang diadakan oleh Tuan Soeroso.

"Selamat makan dan silahkan dinikmati. Maaf jika kurang berkenan," ucap Tuan Soeroso basa basi sebelum makan malam dimulai.

"Ah iya, terima kasih sudah menerima ajakan makan malam yang tak seberapa ini," sambung laki-laki itu kembali.

Sementara itu, Gandhi hanya bisa mengangguk sopan. Di depannya ada banyak makanan dan tak bisa dikatakan sebagai jamuan sederhana. Ini bahkan pertama kalinya ia menghadiri acara makan malam yang penuh dengan makanan, padahal hanya bertiga saja.

"Bibi Rahma, tolong ambilkan Ratatouille di dapur ya,"

Perempuan paruh baya itu mengangguk dan mengambilkan apa yang Grahita minta.

"Terima kasih, Ndi, sudah mau datang," ucap Grahita pada Gandhi yang sedari tadi terdiam menatap jamuan di depannya.

"Sama-sama, terima kasih juga sudah mengundang saya di acara yang luar biasa ini."

Lalu bibi Rahma datang dan membawa masakan yang diminta oleh Grahita. Gadis itu mengucapkan terima kasih.

"Mau coba Ratatouille ini?"

Grahita menawarkan makanan khas Prancis yang viral berkat film kartun dengan judul yang sama itu.

"Boleh," sahut Gandhi. Ia tak yakin apakah cocok dengan makanan tersebut, tetapi apa salahnya mencoba?

Grahita lalu mengambilkan piring kecil. Ia takut laki-laki itu tak terbiasa sehingga mengambilkan porsi kecil terlebih dahulu.

"Ini semua kamu yang masak?" tanya Gandhi setelah menerima Ratatouille dari Grahita.

Aksara Dan SuaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang