'Naditya'

28.7K 2.6K 1.2K
                                    

Gandhi tak henti-hentinya memainkan pipi mungil itu dengan perasaan bahagia. Bayi merah yang tidur dalam box bayi itu tampak anteng dan tak terusik ketika pipinya yang gembul itu menjadi mainan sang ayah.

"Lama tadi kontraksinya?" tanya Gandhi pada Grahita yang masih terlihat lemas setelah melahirkan tadi.

"Lumayan. Kerasa mules tadi jam 1 pagi. Baru sakit banget pas habis subuh. Langsung dibawa ke rumah sakit malah baru bukaan 3. Akhirnya nunggu sampai jam 9 pagi dan baru lahir. Untung air ketubannya nggak kering Mas karena udah pecah duluan."

Gandhi mengangguk. Lelaki itu langsung mengajukan cuti khusus dari pendidikan Seskoadnya di Bandung. Gandhi ditelepon umi sehabis subuh tadi saat Grahita merasakan kontraksi. Dengan bergerak cepat, laki-laki itu langsung mengurus cuti khususnya. Akhirnya Gandhi baru sampai di Jakarta pukul 09.15 WIB, atau 15 menit setelah kelahiran putrinya.

Bayi mungil itu berjenis kelamin perempuan. Bayi cantik dengan kulit putih bersih, menuruni gen sang bunda. Namun bibir, alis, rambut, dan telinganya adalah milik Gandhi. Hidungnya mancung dan matanya entah belum jelas betul warna irisnya. Apakah irisnya hitam pekat atau coklat seperti gen Grahita?

"Namanya jadi Gigi, Mas?" tanya Grahita yang duduk setengah berbaring. Gandhi yang fokus di box bayi pun mengangguk.

"Kenapa?"

Grahita menggeleng dan tersenyum. "Bagus kok."

"Panjangnya?" tanya Grahita lagi.

Gandhi tersenyum dan menatap kembali bayi di dalam box itu. "Gi Malahayati Padma Hadinata. Panggilannya Gigi."

"Malahayati, kalau nggak salah itu laksamana perempuan pertama yang dari Aceh ya, Mas?"

"That's right. Kamu selalu cerdas masalah sejarah," puji Gandhi.

"Artinya secara keseluruhan?" tanya Grahita kembali. Ia tak tahu menahu masalah nama. Memang Grahita hanya tahu jika Gandhi ingin memberi nama Gigi ketika mereka tahu jenis kelamin buah hati pertama mereka adalah perempuan. Untuk masalah nama panjang, Grahita menyerahkannya pada Gandhi yang paham dengan nama-nama yang penuh makna.

"Gi sebenarnya nama dari bahasa Korea. Ketika aku menikah sama kamu, kepikiran nanti kalau punya anak harus huruf G juga. Terus ketemu nama Gi yang unik ini. Artinya seorang yang berani. Malahayati juga seorang pejuang yang hebat, perempuan yang pantang menyerah, dan cerdas. Padma berarti bertanggung jawab dan pekerja keras. Semoga dengan nama ini, Gigi punya sifat mulia, yaitu menjadi perempuan hebat yang berani, cerdas, pantang menyerah, bertanggung jawab, dan pejuang yang tangguh tentunya. Kelak semoga Gigi menjadi pejuang untuk masa depannya serta mimpi-mimpinya. Semoga dia juga menjadi anak yang sholehah dan berbakti kepada kedua orang tuanya."

Gandhi mendongak menatap ke arah sang istri. "Kalau kamu keberatan, kamu bilang aja."

Grahita menggeleng dan tersenyum. "Itu sudah bagus banget. Semua do'a-do'aku ada di sana juga, Mas."

Gandhi mengangguk dan ikut tersenyum tipis. Lalu ia kembali memandangi bayi mungilnya itu. Rasanya sangat bahagia melihat putri cantiknya yang tidur dengan pulas. Gandhi ingin menggendong, tetapi ia belum berani.

"Umi sama mama kok nggak balik-balik, ya? Mereka kemana?" 

Pukul 11 siang tadi, kedua wanita itu izin mencari makan. Mereka yang panik tak sempat sarapan dan sebagainya. Alhasil setelah Grahita melahirkan, mereka lega dan baru mencari sarapan siang ini.

Mengenai Marcella, perempuan itu sudah ada di Indonesia sejak kehamilan Grahita yang menginjak 9 bulan. Grahita yang ditinggal pendidikan Gandhi, langsung saja ditemani oleh sang mama. Baru seminggu kemarin, umi datang ke Jakarta. Beliau tidak sabar dengan kelahiran cucu keduanya itu.

Aksara Dan SuaraWhere stories live. Discover now