Ilir

22.8K 2.6K 242
                                    

Pasang Tarub adalah pertanda akan dimulainya hajat atau mantu. Tarub berarti hiasan dari janur kuning atau daun kelapa muda yang disuwir-suwir (disobek-sobek) dan dipasang di sisi tratag serta ditempelkan pada pintu rumah mempelai perempuan atau tempat resepsi. Namun sekarang, Tarub ini dipasang di pintu masuk rumah milik Soeroso Pramonoadmodjo. Untuk acara pra nikah akan diadakan di rumah tersebut. Baru ketika hari H pernikahan akan diadakan di ballroom hotel di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Pemasangan Tarub dilakukan oleh Sadewa, selaku ayah dari sang mempelai putri. Dengan balutan pakaian adat Jawa, mereka semua memulai ritual pernikahan ini dengan begitu khidmat.

Sementara itu, dekor kecil-kecilan sebagai syarat sudah terhias oleh Kembar Mayang atau disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang kebahagiaan dan keselamatan. Kembar Mayang ini akan dibuang setelah serangkaian acara pernikahan, utamanya panggih, ke sungai atau laut. Hal ini sejalan dengan makna filosofis dimana pengantin akan selalu ingat tentang asal usulnya.

Setelah ritual pemasangan Tarub, pihak keluarga dengan dibantu oleh ahli yang bergelut di bidang pernikahan adat Jawa Solo, mereka memasang Tuwuhan atau tumbuh-tumbuhan yang melambangkan isi alam semesta. Tuwuhan ini dipasang di tempat masuk acara pernikahan dilaksanakan.

Acara di hari pertama ini begitu meriah. Kerabat terdekat Grahita semuanya hadir. Tak terkecuali saudara yang berasal dari Belanda. Mereka yang sebelumnya jauh, kini kembali dekat lewat acara sakral yang dilakukan oleh saudara mereka. Tak heran, beberapa orang berparas luar tampak lalu lalang dan begitu antusias dengan pernikahan adat Jawa ini.

Seperti halnya Hazal yang terlihat sibuk memperhatikan rangkaian bunga melati yang membalut bagian tubuh atas Grahita. Gadis itu tampak tak peduli ketika mama, Dimitri ataupun sang baba menegurnya.

"Sebentar, Mom. Ini unik sekali."

Grahita hanya bisa tersenyum tipis ketika melihat adiknya itu terlihat sibuk memperhatikan dirinya. Bagi Hazal, acara ini sangat unik dan membuat dirinya terpana. Terlebih pada Grahita yang terlihat sangat cantik hari ini.

Sebentar lagi, acara siraman akan dilaksanakan. Air yang menjadi dasar siraman ini, diambil dari 7 mata air yang berbeda. Pihak Gandhi juga melakukan prosesi yang sama di rumah saudara yang berada di Jakarta.

Secara filosofi, upacara Siraman mengandung arti memandikan calon pengantin yang disertai dengan niat membersihkan diri agar menjadi bersih serta suci lahir dan batin. Sebelum acara siraman, biasanya mempelai pengantin akan meminta do'a restu.

Grahita menatap kedua orang tuanya yang duduk berdampingan itu. Marcella tampak cantik dengan busana kebaya warna abu-abu muda dan sanggul yang begitu menawan. Sedangkan Sadewa sudah siap dengan baju Jawi Jangkep yang biasa digunakan untuk acara adat pernikahan. Lelaki itu tampak bahagia, namun Grahita tahu jika sang papa sedang menahan sesuatu.

Seorang perempuan yang menjadi pemandu selama acara adat berlangsung, menggiring Grahita untuk melakukan Sungkeman kepada kedua orang tuanya. Pertama-tama, Grahita diarahkan untuk melakukan Sungkeman ke sang mama. Hal ini berkait dengan sang mama-lah yang melahirkan dirinya ke dunia ini.

"Mama, Tata mohon do'a restu. Besok Tata akan menikah dengan laki-laki pilihan Tata," ujar gadis itu pelan dan penuh keseriusan ketika meminta do'a restu.

Marcella tersenyum haru dan memeluk putrinya itu. Tangisnya pecah ketika ia tak sadar bahwa Grahita sudah memasuki masa dewasa dan menikah. Perasaan bersalah seketika menyeruak tanpa bisa dibendung.

"Grahita putri mama, mama akan selalu berdo'a yang terbaik untuk Tata. Untuk kebahagiaan Tata dan keluarga yang akan dibangun ke depannya. Mama akan selalu memberikan restu dan mendoakan yang terbaik untuk Tata,"

Aksara Dan SuaraWhere stories live. Discover now