'Cundamani'

45.5K 2.6K 273
                                    

Warning! Part ini lumayan panjang ya guys...

Happy reading 😁
..

7 tahun kemudian

"The water is so dirty, Onty. Bunda said that there are many bacteria there."

"Wotah?" beo Asma yang bingung dengan kata yang diucapkan oleh Gigi. 

"Mas, aksen English yang digunakan Gigi itu mana? Masa British, sih?" tanya Asma seraya menatap Gandhi.

Gandhi yang sibuk dengan memperbaiki mobil-mobilan lalu mengangguk. "Emang iya. Kenapa? Bingung, ya?"

Asma lalu menatap keponakannya yang sedang asyik membaca buku cerita yang bergambar itu. Gigi sedang membaca cerita yang mana ada gambar kubangan air yang berwarna cokelat pekat.  

"Makanya kayak nggak asing. Eh malah British beneran."

"Mas aja kadang nggak paham dia ngomong apa. Yang paham cuma bundanya," sahut Gandhi yang masih sibuk memperbaiki mobil-mobilan yang rusak itu. 

"Haduh, pinter banget sih kamu, Gi. Tante aja nggak bisa aksen British," puji Asma pada sang keponakan.

"Sekarang Gigi bisa bahasa apa aja, Mas?" tanya Asma lagi. 

"Tanya sendiri. Dia juga bisa jawab kok."

"Gigi, kamu bisa bahasa apa aja, Nak?"

Gadis cantik berusia 7 tahun itu menatap sang tante. "English, Dutch, dan Indonesia, Onty. Tapi bunda bilang, bahasaku masih kurang. Gigi masih belajar," jawab Gigi dengan tenang. Lalu bocah itu kembali membaca buku yang ia bawa dari rumah. 

Sekarang mereka semua berkumpul di rumah umi. Rumah yang awalnya sepi kini ramai karena kedatangan cucu-cucunya yang masih kecil.

"Mas, ngidamnya mbak Tata dulu apa, sih? Aku kalah jauh sama ini anak. Mana bahasa Belandanya bagus. Aku aja yang sudah dua tahun di sana dulu nggak selancar dia."

Gandhi tertawa pelan. Mainan yang ia perbaiki akhirnya selesai juga. 

"Coba tanya bundanya anak-anak, Ma. Selama hamil Gigi, Grahita emang suka belajar bahasa. Tapi pas hamil Gaga, Grahita lebih suka menonton hal-hal yang berbau teknik. Dan poin pentingnya itu, nggak semua anak punya minat yang sama. Gigi emang pinter di bahasa. Sedangkan Gaga lebih tertarik ke mainan dan lego. Setiap anak itu berlian mentah yang perlu diolah dengan cara terbaik oleh orang tuanya. Jadi, pintar-pintar aja kita sebagai orang tua hendak membentuk berlian mentah itu menjadi apa?"

Asma mengangguk di tempatnya. Selama ini Asma memang kagum dengan anak-anak dari masnya itu. Mereka cerdas dengan cara mereka sendiri. Selama hamil kemarin pun Asma banyak bertukar pikiran dengan Grahita selaku bunda yang hebat untuk Gigi dan Gaga.

"Gaga mana, Ma?" tanya Gandhi kemudian. Sedari tadi, ia tak melihat sang putra yang jahil dan nakal itu.

Ternyata, sifat nakalnya sewaktu kecil menurun ke sang putra. Putranya itu jahil dan usil sehingga tak jarang membuat anak tetangga menangis hanya karena dijahili oleh Gaga. 

"Di depan sama Shakti, Biya, dan mas Dava."

"Oh iya sudah. Kalau udah sama suamimu, aman. Takutnya sendiri nggak ada yang mengawasi. Tahu sendiri Gaga itu kalau sama Shakti rukun-rukun di awal, tapi kalau sudah mulai bosan ya perang satu sama lain."

Ucapan Gandhi membuat Asma tergelak pelan. Wanita itu memilih beranjak dari duduknya dan berjalan ke samping rumah. Lagipula sang putra kini berada dengan ayahnya yang artinya aman.

Aksara Dan SuaraWhere stories live. Discover now