Wasana

26.7K 2.6K 177
                                    

Gandhi :'Kamu pulang jam berapa?'

Satu pesan dari Gandhi masuk dan membuat Grahita menatap restoran dengan gelisah. Sampai sore menjelang malam ini, Grahita masih berada di restoran karena ada beberapa hal yang urgent. Padahal rencananya tadi ia akan balik pukul setengah 5 sore, namun sampai pukul setengah 6 sore ini, ia masih stay di restoran.

Grahita : 'Habis ini aku usahakan pulang, Mas.'

Grahita lalu dihampiri oleh Riska. "Kalau kamu balik, balik aja nggak apa-apa, Ta. Lo hamil, gue khawatir lo kecapekan."

"Tapi kita masih ada beberapa hal yang harus diurus, Ris," balas Grahita agak ragu.

Riska menatap Grahita. "Udah.... nggak masalah, Ta. Gue agak telat balik nggak apa-apa. Lo yang penting pulang dulu. Suami lo pasti nyariin deh."

Grahita menatap ragu Riska, namun kemudian ia mengangguk pelan. Setelah itu, ia bergegas mengambil tas di ruangannya dan makanan yang sudah ia tata di dalam totebag. Wanita itu kemudian pamit pada Riska.

"Sorry ya Ris, lo hari ini harus pulang telat," ujarnya tak enak pada Riska.

Riska mengangguk dan tersenyum. "Kayak sama siapa sih, Ta? Gue udah bilang ke suami juga kok. Santai aja."

Grahita tersenyum. Lalu ia bergegas keluar restoran dan pulang.

Saat berada di jalanan, Grahita ingat jika ia pulang bersaman dengan jam sibuk pulang kantor dan aktivitas lainnya. Alhasil ia terjebak macet yang lumayan parah. Berulang kali Grahita menatap jalanan yang mana kendaraannya tak kunjung berjalan. Sedangkan langit mulai menggelap dan jarum jam tetap bergerak maju.

Gandhi : 'Kamu di mana?'

Pesan Gandhi kembali masuk. Grahita segera membalasnya.

Grahita : 'Aku masih di jalan, Mas. Kena macet.'

Grahita menghembuskan napasnya panjang. Kemacetan mengakibatkan dirinya tak tenang. Secara psikologis juga menyebabkan stres. Lelah, pusing, dan beradu satu dengan kemacetan adalah porsi yang pas untuk menciptakan stres yang langsung datang tanpa perlu diundang. Sama seperti saat ini, Grahita sudah pening melihat kemacetan yang tak segera terurai.

Gandhi : 'Kenapa tadi nggak balik jam setengah 5?'

Satu pesan kembali masuk. Grahita melirik sekilas. Ia tahu Gandhi pasti khawatir ketika dirinya tak kunjung pulang. Bahkan ini sudah mau maghrib, pasti lelaki itu menunggu dirinya di rumah.

Perlahan kemacetan terurai. Grahita bisa bernapas lega. Perlahan namun pasti, mobilnya dapat bergerak. Namun kumandang azan sudah terdengar, sedangkan jarak ke asrama masih jauh. Kemungkinan sampai asrama adalah isya. Alhasil, Grahita memilih mencari masjid terdekat untuk shalat maghrib terlebih dahulu. Ia mementingkan kewajibannya dulu.

Setelah shalat maghrib, ia kembali melajukan mobilnya menuju asrama. Jalanan tetap ramai dan padat. Di beberapa titik sempat tersendat karena perbaikan jalan dan proyek MRT.

Gandhi : 'Kamu sampai mana? Kenapa belum sampai juga? Ini sudah habis maghrib.'

Grahita kembali menghembuskan napasnya kasar. Pesan Gandhi belum dibalas tadi dan ia kembali dikirimi pesan. Grahita lalu memilih menelpon sang suami. Namun sayang, telepon Grahita ditolak.

Aksara Dan SuaraWhere stories live. Discover now