Brawala

21.2K 2.6K 62
                                    

Waktu yang ditunggu-tunggu Grahita kini telah tiba. Akhirnya ia bisa membuka restoran impiannya itu. Ia bahagia ketika ia bisa mewujudkan mimpinya itu. Tak mudah memang, namun Grahita selalu optimis bahwa ia bisa.

Setelah serangkaian ceremony pembukaan yang dihadiri rekan sesama chef dan rekan ketika ia menimba ilmu di Le Cordon Bleu, ia juga kedatangan teman-teman semasa SMA-nya. Aura kebahagiaan nampak terpancar di wajah cantiknya.

"Gefeliciteerd juffrouw Grahita. Succes. Ik ben trots op je." Ujar pria berparas bule itu kemudian. (Selamat nona Grahita. Semoga sukses. Saya bangga dengan kamu)

"Dank u meneer Hendrik.  Ik ben blij dat je mijn evenement kunt bijwonen." (Terima kasih tuan Hendrik. Saya senang anda bisa hadir dalam acara saya ini)

Tuan Hendrik adalah salah satu mentornya ketika di Prancis dulu. Kebetulan juga Tuan Hendrik orang Belanda asli sehingga tak jarang mereka lebih memilih berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Belanda. kali ini Tuan Hendrik ke Indonesia karena diundang oleh salah satu ajang pencarian bakat memasak paling bergengsi di negeri ini.

Tuan Hendrik nampak tertawa, lalu menganggukkan kepalanya kecil.

"Sa-ya ju-ga sen-nang. Is het juist?" (Benar tidak?)

Grahita tertawa, "juist." (Benar)

Tuan Hendrik ini beberapa kali meminta untuk diajarkan bahasa Indonesia oleh Grahita. Hubungan mereka cukup dekat, layaknya bapak ke anak, mungkin. Tak jarang juga Tuan Hendrik sering mengajak Grahita untuk berdiskusi dan bereksperimen ketika masih di Prancis dulu. Saking dekatnya, mereka sempat dikira memiliki hubungan spesial, namun nyatanya mereka hanyalah seorang murid dan mentor yang kebetulan sangat dekat bahkan juga dengan keluarga Tuan Hendrik Grahita kenal baik.

Kemudian Tuan Hendrik berpamitan kepada Grahita karena harus terbang ke Bali untuk acara selanjutnya di sana. Walaupun hanya singkat saja, tetapi Grahita sangat senang hari ini. Baginya ini sudah cukup. Orang-orang baik disekitarnya sudi untuk datang pun Grahita sangat senang dan bahagia.

Satu persatu tamu kini berpamitan. Hanya tersisa beberapa orang saja di sana termasuk karyawan baru Grahita. Makanan yang dihidangkan pun sudah mulai menipis. Hanya tersisa beberapa saja. Para tamu tadi sangat menikmati jamuan pada pembukaan restoran Grahita. Gadis itu menamai restorannya dengan nama The Dirk Kitchen. Hal ini berkaitan dengan nama sang opa. Grahita memang sudah pernah berkata ke sang oma jika suatu saat nanti ia akan menamai restorannya dengan nama tersebut.

Lantas datang empat orang yang berjalan mendekat ke arah Grahita. Seorang pria bersetelan rapi, sedangkan pria satunya mengenakan kaos polo dan celana hitam. Lalu dua perempuan berbeda generasi itu datang mengenakan pakaian mahal yang begitu kentara. Grahita yang sedang memastikan makanan yang tersaji itu lantas menatap mereka.

"Selamat ya Tata, cucu eyang."

Tuan Soeroso lantas mendekat dan memberikan pelukannya. Grahita bergeming, namun tak masalah bagi Tuan Soeroso. Baginya ketika Grahita menerima pelukannya tanpa membalas pun itu merupakan sebuah keajaiban.

Tuan Soeroso nampak tersenyum bahagia. Laki-laki senja itu lantas mengurai pelukan mereka. Ia menatap cucunya itu lamat-lamat.

"Maaf ya, eyang telat karena habis kontrol kesehatan tadi." Ujar pria itu.

Grahita mengangguk pelan. Ia memang sengaja mengundang eyang dan papanya. Namun tidak dengan mama dan kakak tirinya itu. Ia tak berharap dua perempuan itu datang.

Aksara Dan SuaraWhere stories live. Discover now