Purwa

20.3K 2.4K 60
                                    

"Ta, makan ya?"

Kembali Mila membujuk sang keponakan untuk makan. Setelah sampai tadi, beliau langsung membersihkan dapur yang nampak berantakan. Ia juga melihat sup asparagus yang sudah mendingin di dalam panci. Pasti Grahita tadi sempat memasak sebelum kejadian tersebut terjadi.

Grahita kembali menggeleng. Ia tak nafsu makan kali ini walaupun perutnya kosong. Terakhir kali ia hanya minum air putih yang diambilkan oleh Gandhi tadi.

"Kalau begitu tante buatin teh hangat ya?"

Grahita terdiam dan tak menjawab. Selanjutnya lewat kode mata sang mama, Yessy langsung mengangguk dan menuju dapur. Ia langsung membuatkan teh hangat.

Grahita baru bangun sekitar 10 menit yang lalu. Gadis itu terlelap selama kurang lebih satu jam. Grahita bangun tepat kumandang azan ashar terdengar sayup-sayup dari lingkungan kompleksnya.

Mila tersenyum tipis dan mengelus lembut surai Grahita. "Makasih ya, Tan," ucap Grahita kemudian.

"Makasih apa?"

"Makasih sudah datang dan peduli sama Tata,"
Mila tersenyum haru. Lalu ia memilih memeluk Grahita dengan perasaan yang sangat bercampur aduk itu. Gabungan kesedihan dan kelegaan menyatu di sana.

"Kamu nggak perlu bilang makasih, sayang. Justru tante-lah yang harus mengucapkan terima kasih ke kamu."

Lalu Grahita mengurai pelukan mereka. Mila mengusap lembut pipi sang keponakan dengan lembut seraya tersenyum.

"Kamu juga seperti Yessy dan Yosi, sama-sama tante sayangi."

"Makan dulu yuk, sup asparagusnya sudah dihangatin sama Yessy tadi. Kita makan sama-sama ya?"

Mila tak menyerah begitu saja untuk membujuk Grahita makan. Ia berharap Grahita mengiyakan. Dan harapannya menjadi kenyataan ketika gadis itu mengangguk pelan. Senyum lebarnya langsung tercetak di sana.

Lalu Mila membantu Grahita untuk bangkit dan menuju ruang makan. Yessy yang hendak membawakan teh hangat itu terhenti melihat mamanya beserta Grahita yang menuju dapur.
Yessy yang paham dengan situasi saat ini lalu meletakkan teh tersebut dan menyiapkan makan siang yang sebenarnya sudah telat. Yessy mengambilkan nasi serta sup yang dibuat Grahita tadi. Mereka lalu makan siang bersama.

Grahita hanya makan sedikit saja. Tiba-tiba masakannya yang enak itu terasa hambar di mulutnya.

"Emang the best bangat kamu dek kalau masak. Enak banget supnya."

Yessy tak henti-hentinya memuji masakan Grahita. Hal ini bukan semata-mata hanya untuk membuat Grahita senang, tetapi memang masakan Grahita yang lezat.

Di tempatnya Mila sangat setuju dengan ucapan sang putri. Sup yang mendingin dan dihangatkan kembali itu nyatanya masih memiliki cita rasa yang lezat. Tak diragukan lagi kemampuan memasak Grahita yang luar biasa.

Grahita hanya tersenyum sangat tipis. Saat ini ia hanya merasa lebih baik daripada tadi. Namun perasaan takutnya masih begitu terasa.

Selesai makan, mereka lalu membawa Grahita ke ruang tengah. Sebisa mungkin Yessy dan Mila membuat Grahita merasa aman dan diperhatikan.

Tak lama kemudian, suara salam terdengar. Dua orang laki-laki berbeda generasi itu datang dan langsung masuk setelah mengucapkan salam.

"Tata, kamu dimana, sayang?"

Tuan Soeroso langsung mencari cucunya itu. Setelah melihat Grahita yang duduk di ruang tengah, ia langsung memeluk cucunya itu dengan erat.

Raut wajah khawatir begitu kentara di sana. Ia sangat kaget sekaligus marah mendengar Grahita yang mendapatkan perlakuan seperti itu. Langsung saja beliau pergi menuju rumah yang ditempati Grahita sendiri.

Aksara Dan Suaraحيث تعيش القصص. اكتشف الآن