Samira

29.7K 2.9K 41
                                    

Koreksi bila typo, thanks🙂

.
Grahita menatap Gandhi dengan tatapan yang sulit di artikan. Ia agak bingung dan sedikit tak nyaman ketika laki-laki itu setiap hari datang ke rumah sakit. Seperti janjinya pada Grahita, Gandhi setiap hari meluangkan waktunya untuk sekedar menjenguk Grahita, memantau kondisi orang yang telah ia tabrak. Dan biasanya Gandhi datang setelah maghrib atau setelah isya. Intinya Gandhi setiap hari datang. Dan hal itu membuat Oma Shinta akrab dengan laki-laki berkulit agak coklat itu tapi terlihat eksotis di mata Grahita yang memiliki kulit putih.

"Jadi kamu bukan asli Jakarta ya nak?" Gandhi kembali menangguk. Ia senang sekali bisa berbicara panjang lebar dengan Oma Shinta.

"Aslinya saya dari Surakarta. Umi dari Jogja sedangkan Abah dari Surakarta." Oma Shinta mengangguk mengerti sedangkan Grahita lebih memilih menonton siaran televisi yang volumenya super minim.

"Kamu tentara ya? Tugas dimana?"

"Di Jakarta Timur, Oma."

Grahita melirik sekilas mereka berdua dan tidak tertarik sama sekali untuk berbicara dengan mereka. Bukan tanpa apa, saat ini Grahita sedang malas untuk sekedar berbicara. Sedari tadi tulangnya kembali nyeri tetapi tetap ia tahan karena sedari kemarin pun Grahita merasakan nyeri tetapi ia bisa menahannya dan akhirnya kembali tak nyeri ketika ia buat tidur.

Lantas Grahita memilih membaringkan tubuhnya, "Kamu mau tidur Ta?" Tanya oma ketika Grahita hendak memejamkan matanya. Lantas perempuan itu mengangguk. Nyerinya bertambah sehingga ia menahannya hingga akhirnya suara ringisan terlontar darinya.

"Sstt.." Rintih Grahita sehingga membuat Oma bangkit dari duduknya dan menuju ke arah Grahita yang nampak menahan sakit.

"Kamu kenapa Ta?" Tanya Oma agak panik. Lalu Grahita tambah meringis, "Tolong panggilkan dokter Oma." Lalu oma langsung memanggil dokter di nurse call.

Lantas dokter dan perawat langsung bergegas cepat dan memeriksa Grahita. Oma sempat panik namun langsung di tenangkan oleh Gandhi. Laki-laki itu terdiam sambil mengamati sekitarnya. Jiwa pembaca situasinya bergerak, lantas mengamati situasi yang sedang terjadi untuk mengambil langkah yng tepat.

"Ini nanti di buka dulu perbannya dulu karena tiba-tiba terjadi pembengkakan tapi semoga saja tidak apa-apa ya." Lalu dokter itu keluar untuk mengambil alat dan bantuan media lainnya sedangkan oma sudah di tenangkan oleh Gandhi.
Melihat oma Shinta yang sepertinya tidak tega melihat Grahita yang kesakitan, Gandhi memilih mengajak Oma Shinta keluar agar di tangani tim medis.

"Terima kasih." Ucap Oma Shinta pada Gandhi. Laki-laki itu lantas mengangguk, "Oma, saya cari minum dulu ya?"

Oma Shinta lantas mencegah, "Tidak usah nak. Oma tidak apa-apa." Kemudian Gandhi memilih duduk di samping Oma.

"Oma hanya khawatir dengan Tata. Dia banyak menahan sakit sehingga Oma nggak tega lihat dia sakit lagi." Ucap Oma dengan wajah murung, sedangkan Gandhi hanya bisa menenangkan karena ia tak tahu harus berbuat apa lagi.

Lalu dokter keluar dari ruangan dan tersenyum ramah dengan Oma dan Gandhi, "Tidak apa-apa bu. Bengkaknya sudah kami tangani dengan baik sama jangan banyak bergerak lebih, takutnya nanti melesat lagi dan terjadi pembengkakan." Ucap dokter tersebut  dan Oma mengangguk mengerti.

"Kalau terasa nyeri lagi, hubungi kami lagi ya biar ada tindakan lebih lanjut lagi." Ucap dokter perempuan bernama Hanum itu lagi. Kemudian dokter Hanum tersenyum ramah dan pamit dari hadapan Oma dan Gandhi.

Lantas Oma kembali masuk ke dalam di temani oleh Gandhi. "Oma jangan khawatir lagi ya, Tata nggak papa kok." Grahita paling benci dengan Oma yang bersedih dengan alasan dirinya sehingga sebisa mungkin Grahita tidak menampakkan sakitnya di depan Omanya itu.  Namun tiba-tiba saja tadi ia merasakan sakit sehingga tak kuat lagi menahannya.

Aksara Dan SuaraWhere stories live. Discover now