Samapta

20.5K 2.4K 74
                                    

Grahita menghembuskan nafasnya panjang sesaat sebelum ia keluar dari mobil jenis Porsche yang menjadi hak miliknya itu. Mobil kesayanganya kini dimuseumkan. Mobilnya sudah termasuk mobil tua dan sering mengalami kerusakan mesin. Selain itu juga, hal ini tak lepas dari bujuk rayu sang tante. Dengan ucapan manisnya, Grahita berhasil luluh dengan mau menerima fasilitas dari keluarga Pramonoadmodjo tersebut.

Grahita menyikapi hal ini antara merasa suka dan tak suka. Sukanya adalah lebih nyaman dan tak khawatir mobil bakal mudah mogok. Tetapi tak enaknya adalah masih ada segelintir orang yang menjadikan dirinya objek tatapan ketika menggunakan mobil tersebut. Tak jarang ia dilihat karena mengenakan mobil mewah dan menimbulkan pembicaraan yang menurutnya mengganggu. Selain itu pula, ia terlihat lemah dengan mau saja menerima barang dari keluarganya itu padahal ia ingin lepas jauh-jauh. Namun nampaknya, darah kental Pramonoadmodjo mengalahkan segalanya, bahkan ego yang sudah meluap bak magma dalam batholit pun tak mampu membuat Grahita lepas.

Meniggalkan dilemanya itu, akhirnya juga Grahita menerima tawaran untuk menjadi juri dalam demo masak di salah satu instansi negara itu. Awalnya ia hendak menolak karena takut tidak bisa membawakan acaranya secara baik. Tetapi karena dorongan Dirga akhirnya ia berlatih berbicara dengan mode ramah walaupun kaku. Namun setidaknya Grahita mampu membawa suasana lebih baik, begitu kata Dirga kemarin ketika dimintai tolong Grahita untuk menilai penampilannya itu.

Dengan memakai kemeja berwarna coklat dan wide legged pants warna hitam, serta sepatu vans, membuat Grahita terlihat lebih santai dan segar. Walaupun warnanya tak begitu mencolok tetapi tetap membuat daya tarik sendiri. Apalagi Grahita hanya menguncir satu rambutnya yang berganti warna hitam itu.

Seorang perempuan mengenakan seragam khas itu menghampiri Grahita yang berada di parkiran. Senyuman lebar dari perempuan tersebut cukup membuat Grahita lebih percaya diri untuk saat ini.

"Selamat datang chef Grahita. Ayo silahkan masuk."

Grahita tersenyum. Suasana begitu ramai karena memang acara ini diselenggarakan dalam rangka ulang tahun Persit Kartika Chandra Kirana yang bertempat di aula besar karena melibatkan pengurus tingkat pusat. Suatu kehormatan tentunya karena tak lama ia di Indonesia tetapi ia sudah mendapatkan job di luar.

Jujur, ini pertama kalinya ia masuk ke wilayah militer. Tak hanya ibu-ibu saja yang berseliweran di sini. Tetapi sebangsa yang Grahita tahu sebagai tentara itu juga banyak tersebar di sini. Beberapa kali ia mendapatkan tatapan perhatian, namun seperti biasa, ia hanya cuek-cuek saja.

Suara riuh terdengar ketika MC menyebut nama Grahita. Memang tak ada briefing karena sudah mepet. Kemarin mereka sempat bertemu dan membahas breakdown acara sehingga ketika hari H langsung eksekusi saja.

Lantas Grahita tersenyum lebar dan ramah ke arah ibu-ibu yang sudah bersiap melakukan lomba masak. Grahita langsung digiring untuk menuju tempatnya terlebih dahulu karena acara akan dibuka oleh ketua pengurus.

Kemudian, masuk acara dimana Grahita memberikan beberapa tips seperti, memfillet ikan yang benar serta memotong daging ayam secara rapi tetapi cepat. Beberapa ibu-ibu nampak antusias dan merasa senang dengan ilmu yang didapat.

"Itu pisaunya harus tajam banget ya chef?"

"Lebih baik memakai pisau khusus daging atau ikan ya, Bu. Karena pisau tersebut dibuat untuk memotong daging. Jika pakai pisau untuk memotong sayur terkadang terasa tumpul kan?"

"Iya bener chef. Wah jadi tambah ilmu baru. Oh iya ini-

Berbagai pertanyaan muncul selama Grahita memberikan tips-tipsnya. Ibu-ibu ini persis seperti omanya yang cerewet terhadap sesuatu yang baru. Walau Grahita sempat meragu, namun ia tak menyesal berada di sini.

Aksara Dan SuaraWhere stories live. Discover now