Adanu

19.8K 2.5K 32
                                    

Gandhi menatap Grahita yang masih termenung dengan pandangan kosong. Gadis itu sudah tidak menangis lagi. Lantas Gandhi mendekat dan memberikan air putih yang ia ambil dari dapur.

"Minum dulu Ta,"

Grahita masih bergeming. Gadis itu seakan tak mendengar ucapan Gandhi. Raganya ada namun jiwanya seperti lepas entah kemana. Kejadian tadi cukup membuat Grahita syok.

Gandhi menghela nafasnya panjang, lalu laki-laki itu mendekat dan menyentuh pundak Grahita pelan.

"Ta?"

Baru Grahita menolehkan kepalanya ke arah Gandhi dengan wajah sembab dan mata kosong. Gandhi dapat melihat luka yang menganga di sana. Ia dapat melihat betapa terguncangnya gadis itu saat ini.

"Minum dulu ya?"

Gandhi memberikan segelas air putih kepada gadis itu dan Grahita menerimanya dengan tangan yang agak bergetar. Grahita hanya meminum beberapa teguk saja sebelum akhirnya dibantu Gandhi untuk meletakkan gelas tersebut di atas meja depan mereka.

Sementara itu, Gandhi masih menunggu temannya datang. Sultan masih tak sadarkan diri. Laki-laki itu terkena pukulan telak dari Gandhi. Memang pukulan Gandhi memiliki efek yang luar biasa bila tepat mengenai sasarannya.

Tak lama kemudian, Gandhi menerima telepon temannya itu dan menginstruksikan supaya langsung masuk saja. Gandhi tak mungkin meninggalkan Grahita sendiri sementara waktu ini. Apalagi masih ada Sultan di dalam. Ia takut tiba-tiba Sultan bangun dan menyerang Grahita kembali.

"Ndi, ada apa?" tanya teman Gandhi yang mengenakan kaos polo dan celana coklat itu. Dibelakangnya sudah ada 3 anggota lainnya.

Lantas pria bernama AKP Januar itu menatap Gandhi yang berdiri di samping seorang gadis yang terduduk seperti orang yang baru saja mengalami hal buruk. Pandangan AKP Januar lalu mengarah pada seorang laki-laki yang terkapar di lantai.

"Ini ada apa?" tanya Januar bingung sekaligus penasaran.

"Nanti gue cerita. Intinya dia sudah menganiaya gadis yang di samping gue."

AKP Januar langsung menatap Gandhi kaget. "Serius lo?" Gandhi mengangguk.

Segera anggota Kepolisian yang ada di sana mengeksekusi Sultan dengan cepat atas perintah Januar. Sultan langsung di bangunkan, tetapi tak kunjung bangun. Akhirnya mereka terpaksa memboyong Sultan ke kantor polisi dengan keadaan yang masih tak sadarkan diri.

"Lo urus dulu dia. Masalah laki-laki tengik itu biar gue urusin."

Gandhi mengangguk dan mengucapkan terima kasih kepada Januar. Lalu Januar pamit dan langsung membawa Sultan ke kantor polisi beserta barang bukti yang tercecer di sana.

Tadi, Gandhi menghubungi Januar dan meminta untuk membawa anggotanya karena telah terjadi sesuatu. Respon Januar sangat cepat dan tanpa bertanya banyak, ia dan anggotanya langsung mengeksekusi Sultan ke Mapolda.

Sementara itu, Gandhi menatap Grahita yang masih terdiam. Gadis itu belum membuka suaranya.

"Ta?"

Grahita yang terdiam lalu menatap Gandhi. "Terima kasih," ucapnya pelan.

Gandhi kira ia tak akan mendapat respon, tetapi gadis itu meresponnya dengan ucapan terima kasih. Gandhi mengangguk pelan. Ia lega, setidaknya Grahita masih mau berbicara dengannya. Ia lega, setidaknya Grahita mau membuka suaranya.

Lalu pandangan Gandhi mengarah pada gawai Grahita yang rusak dan tergeletak mati di lantai. Gandhi kemudian mendekat dan mengambil gawai tersebut. Gandhi mengamati gawai yang menjadi korban kebrengsekan Sultan. Ia lantas berusaha menyalakan gawai tersebut namun naas, nampaknya gawai itu memang rusak.

Aksara Dan SuaraWhere stories live. Discover now