Adicandra

20.4K 2.6K 84
                                    

"Hai Ta?" sapa seorang laki-laki yang mengenakan kemeja abu-abu dengan tatanan ala parlente muda zaman sekarang.

Grahita yang sedang mengarahkan timnya di dapur seketika menoleh. Gadis itu membulatkan matanya lebar ketika melihat laki-laki itu yang sudah masuk ke dapur.

"Dirga!"

Grahita lalu cepat-cepat melepas apronnya dan menghampiri Dirga. Kemudian ia menarik laki-laki itu ke dalam pantry bar di samping dapur. Setelah sampai di pantry bar, mereka duduk saling berhadapan dengan meja sebagai pemisahnya.

"Kok lo ada di sini? Siapa yang ngijinin lo masuk? Kemana aja lo kemarin?" tanya Grahita beruntun yang membuat Dirga meringis.

"Kalau nanya satu-satu dong! Gue tamu di sini padahal. Kenapa nggak disambut dengan cara yang baik sih? Nyesel gue bela-belain capek datang kemari," gerutu laki-laki itu, sama beruntunnya.

Grahita terkekeh di tempatnya. Hal itu membuat Dirga terperanjat tak terpercaya. Kemana muka datar gadis itu? Apakah Grahita sudah dirukyah?

"Ta, kok gue ngeri lihat lo yang sekarang," gumam Dirga yang masih didengar oleh gadis itu.

Grahita mendengus pelan. "Lo nggak suka lihat gue begini?"

"Suka lah! Ngaco lo," sahut Dirga cepat. Laki-laki itu tersenyum konyol kemudian.

"Baru nyadar lo pacarable sekarang kalau lihat lo senyum," ucap Dirga kemudian yang mendapatkan tatapan tajam Grahita.

"Kalau mau ngajakin gue ribut, mending lo balik aja. Kita lanjutin kalau gue nggak sibuk," ucap Grahita kemudian yang mendapatkan gelengan cepat Dirga. Ah ternyata ia salah, Grahita tetap gadis judes yang menyebalkan.

"Sorry kalau gue main masuk aja. Gue ke sini mau ngasih tahu lo sesuatu."

"Kan pake WA bisa. Kenapa dibawa ribet sih?" sahut Grahita enteng.

Dirga mendengus, "Lo nggak suka gue main? Gue kangen sama lo, udah lama nggak ketemu. Emang lo nggak kangen gue?"

"Nggak," sahut Grahita cepat dan yakin.

Hal itu membuat Dirga menghembuskan napasnya pasrah. Kalau Grahita bukan sahabatnya sejak zaman masih remaja, Grahita sudah ia musnahkan bersama dengan kenangan mantan.

"Yaudah terserah lo deh, Ta," sahut Dirga pasrah.

"Gue bisa aja pake WA. Tapi masalahnya, gawai gue hilang pas gue di Kentucky sebulan yang lalu. Semua nomor dan data gue lenyap bareng gawai gue yang hilang. Akhirnya gue beli gawai baru dan nggak ada backup nomor. Terpaksa gue lost kontak dengan kalian sementara waktu sebelum gue balik ke Indo lagi."

Dirga memang sedang melakukan perjalanan bisnis ke Benua Merah. Ia rela meninggalkan bisnis restorannya demi memenuhi permintaan sang papa untuk mengurus bisnis di negeri Paman Sam itu.

Dirga kemudian menunjukkan sebuah email kepada Grahita. Grahita membaca baik-baik email tersebut.

"So?"

"So? Lo mau ambil nggak?" tanya Dirga.

"Jadi ini tujuan lo ke sini?"

Dirga mengangguk malas, "Apalagi Ta? Sekalian gue main lah. Gue udah lama nggak ke restoran lo. Lo juga nggak pernah main ke restoran gue lagi. Si Gerald noh nanyain lo mulu. Lo orangnya judes, tapi kok orang-orang pada kangen lo ya?"

Grahita tergelak pelan. "Ya emang gue orangnya ngangenin," sahut Grahita dan dibalas cibiran malas oleh Dirga.

"Jadi gimana? Ambil nggak? Kesempatan nggak datang dua kali. Kalau pun iya, bisa jadi lo nggak ngambil nanti. Kita nggak tahu ke depannya gimana 'kan?" ucap Dirga yang berusaha menawarkan opsi terbaik menurut versinya.

Aksara Dan SuaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang