Ludira

32.2K 3.3K 147
                                    

Koreksi kalau typo ya

Pukul 5 pagi Grahita sudah terbangun. Perempuan itu lantas membereskan tempat tidur dan segera cabut dari rumah eyang. Pagi hari mereka belum terbangun sehingga Grahita memanfaatkan hal itu untuk segera keluar dari rumah eyangnya.

Grahita melirik jam tangannya yang sudah pukul 6 pagi. Sesudah menali sepatu Conversenya, Grahita segera turun dari kamarnya.

"Mbak Tata mau kemana?" Tanya ketua juru masak keluarga Pramonoadmodjo.

"Saya ada urusan di luar mbok. Bilang eyang saya sudah pulang." Setelah itu Grahita langsung keluar dan mengendarai mobilnya menuju restoran tempatnya ia bekerja. Namun sebelum pertigaan menuju restoran Dirga, Grahita ingat jika restoran itu bukanya masih nanti siang. Sedangkan ini masih pukul setengah 7.

Grahita menghembuskan nafasnya dan memilih putar balik. Lalu perempuan itu memilih menuju suatu tempat yang terkenal sebagai pusat kulinernya di pagi hari. Daripada ia balik lagi ke rumah omanya yang jaraknya lebih jauh, lebih baik Grahita menghabiskan waktunya untuk berburu kuliner, lagipula ia juga rindu makanan khas Indonesia.

Setelah memarkirkan mobilnya, Grahita langsung berjalan menuju stand-stand makanan. Pagi hari ini cukup ramai sebab ini hari sabtu dimana banyak karyawan yang sudah libur. Kemudian pilihan Grahita jatuh ke jajanan tradisional klepon. Gadis itu sudah lama tak memakan klepon, terakhir kali sebelum ia pindah ke Perancis 6 tahun yang lalu.

Setelah mendapatkan klepon dan bubur sum-sum, Grahita mencari tempat duduk yang rindang di sekitaran tempat tersetersebut. Grahita memilih bangku di bawah pohon tanjung yang cukup lebat.

"Akhirnya aku bisa mendekati mu lagi Tata."
Grahita yang sedang menikmati makanannya langsung saja menatap kaget di sampingnya. Sejak kapan Sultan duduk disana.

"Ngapain kamu di sini!" Sengak Grahita tak suka.
Namun Sultan justru tersenyum, "Sudah lama aku mengincarmu. Akhirnya kita kembali dekat lagi."

Lantas Grahita menatap marah pada Sultan, "Bajin*an! Maksud lo apa?" Geramnya pada Sultan. Namun Sultan justru tersenyum kembali.

Sultan lantas mendengus kecil, "Ternyata semakin lama kamu semakin cantik dan sexy." Sultan menekankan kata sexy dengan tatapan yang menjijikkan menurut Grahita. Sialan!

"Kalau lo cuma mau ngomong sampah, mending lo pergi dari sini Tan!" Usir Grahita dengan nada yang menekan. Ia menatap nyalang Sultan.

"Tidak semudah itu Grahita." Lalu Sultan duduk di samping Grahita, membuat perempuan itu langsung menggeser tubuhnya cepat.

"Aku masih cinta sama kamu, sampai kapanpun dan ternyata Tuhan mengabulkan doaku agar bertemu denganmu kembali." Sambung Sultan yang langsung membuat Grahita emosi.

"Sialan! Elo emang laki-laki brengsek! Nggak cukup lo nyakitin banyak perempuan hah?! Bajin*an!" Entah berapa kali Grahita mengumpati Sultan dengan kata-kata kotor. Selain karena Sultan yang keterlaluan, Grahita juga muak dengan Sultan yang tiba-tiba kembali dalam hidupnya. Tak cukupkah laki-laki itu menggores luka yang begitu menyakitkan sekaligus menjijikkan. Apalagi kata cinta yang dilontarkan laki-laki itu kepada Grahita, membuat perempuan itu ingin muntah seketika.

Sultan justru kembali tertawa setelah di lontari umpatan oleh Grahita, ia kehilangan urat malunya. Sekarang ambisinya satu yaitu kembali memperjuangkan Grahita yang pernah ia cintai.

"Aku yakin kamu pasti masih cinta sama aku kan. Dasar perempuan, suka malu-malu."

Grahita mendengus keras, "Dasar laki-laki sinting! Otak lo masih nggak sih Tan?!" Kembali Grahita berkata kasar. Meluapkan emosi yang bercokol sejak lama. Meluapkan segala pesakitan dan penyesalan karena pernah bersama Sultan yang ternyata menjijikkan.

Aksara Dan SuaraWhere stories live. Discover now