Adhikari

23.3K 2.4K 105
                                    

"Ta, bangun, Ta."

Gandhi menepuk pelan pipi Grahita. Namun hanya terdengar gumaman tak jelas yang sepertinya malas untuk bangun.

Gandhi berdecak pelan. Tampaknya ia harus sabar membangunkan Grahita yang masih tidur padahal sudah adzan subuh.

"Ta, bangun dulu, nanti tidur lagi. Kamu nggak shalat?"

"Nanti, capek banget..." gumannya dengan suara serak. Grahita pun masih menutup matanya. Hal itu membuat Gandhi tak tega membangunkan sang istri.

Eh sang istri.

Gandhi tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan. Ia tak menyangka Grahita sudah menjadi istrinya sekarang. Rasanya seperti mimpi yang menjadi kenyataan.

"Ayo bangun. Kalau nggak mau bangun, aku gendong sampai kamar mandi."

Grahita yang masih menutup matanya, sayup-sayup mendengar Gandhi berbicara dan langsung tersadar. Apa tadi? Digendong? Maksudnya?

Perlahan Grahita membuka matanya. Pandangan pertama kali ia melihat Gandhi yang berada dekat dengannya. Seketika ia melotot lebar.

"Ngapain kamu di sini, Ndi?!" Grahita langsung melek sepenuhnya dan beringsut menghindari Gandhi. Pikirannya belum sepenuhnya sadar sehingga butuh waktu untuk mencerna semuanya.

Refleks Gandhi meringis melihat Grahita yang malah beringsut menghindarinya, seakan melihat dirinya ini adalah sebangsa makhluk halus. Apa Grahita sedang bermimpi dan lupa akan statusnya sekarang?

"Kamu lupa ya, Ta? Kita kan sudah menikah."

Mata Grahita langsung menatap sekitarnya. Ini bukan kamarnya. Semuanya terasa asing. Namun perlahan Grahita mencernanya dengan baik. Dan beberapa saat ia baru teringat jika statusnya bukan lagi seorang gadis lajang, tetapi sudah menjadi istri sah Gandhi.

Perlahan Grahita tersenyum konyol menatap Gandhi yang menatap dirinya dengan intens. Ia malu sebab mendadak amnesia. Tangannya refleks menggaruk kepalanya dengan rambut yang sudah mirip singa.

"Makanya sebelum tidur, baca do'a dulu biar nggak linglung kayak gini," nasihat Gandhi. Grahita seketika tersenyum konyol.

"Ayo shalat subuh dulu. Nanti kita jamaah."

Gandhi kemudian memilih berlalu dan masuk ke dalam kamar mandi. Grahita masih berada di atas ranjang. Lalu ia memutar badannya menghadap ke kiri yang terdapat cermin besar. Penampilan sehabis tidur sangatlah tidak estetik. Rambut awut-awutan seperti singa. Grahita seketika meringis. Pasti tadi Gandhi kaget melihat dirinya seperti ini.

Pintu kamar mandi dibuka oleh Gandhi. Laki-laki itu mengerutkan dahinya ketika melihat Grahita yang malah menatap cermin besar itu.

"Kamu nggak siap-siap shalat subuh, Ta?"

Grahita berbalik menatap Gandhi yang sudah mengambil air wudhu. Terbukti wajah dan kepalanya yang basah. Di pandangannya, Gandhi terlihat lebih memancarkan aura yang positif.

Grahita seketika ingat perkataan Lili. Damage laki-laki itu akan terlihat luar biasa ketika habis mengambil wudhu lalu memakai sarung. Katanya gantengnya berkali-kali lipat. Begitu Lili bercerita tentang Alan sehabis mereka menikah. Dan ternyata ucapan Lili benar adanya. Untuk pertama kalinya, Grahita bersemu merah menatap Gandhi yang terlihat tampan. Apa selama ini ia tidak menyadarinya?

"Eh malah bengong, kenapa?"

Grahita tersentak pelan ketika Gandhi sudah berada di hadapannya. Grahita kembali tersadar dari lamunannya.

"Kenapa? Aku lihat kamu kayak orang linglung sejak tadi."

Grahita menggeleng dan meringis pelan. "Bukan begitu, aku kaget dan baru sadar kalau aku sudah menikah. Agak malu juga kamu harus melihat aku kayak gini."

Aksara Dan SuaraWhere stories live. Discover now