OCN36: Kembali lalu Pergi Lagi

1.5K 309 6
                                    

Keanu

"Gua harus potong rambut nggak sih?" tanya saya pada Juna.

"Emang udah panjang?" tanya Juna sambil mendekat lalu mengambil rambut saja dengan jemarinya, mengukur kepanjangannya. "Potong aja, sekalian ngunjungin pujaan hati kan."

Saya meninju lengan Juna pelan. Bosan dengan semua godaannya akan kepulangan saya dari tugas ini. Bahkan sebenarnya ini nggak bisa disebut kepulangan, ini seperti singgah sejenak, karena saya akan kembali lagi di waktu yang sama. Sebenarnya ini hanya menyerahkan laporan wajib sebulan sekali, biasanya saya langsung kembali lagi ke pelabuhan dan menjalankan tugas kembali karena tak ada jeda waktu.

Bulan ini sudah memasuki bulan kedua saya bertugas. Bulan depan, saya baru bisa dapat libur dan menemani Ale selama beberapa hari penuh.

"Nggak usah senyum-senyum najis."

"Apa sih?" tanya saya sambil menuruni kapal dan bersiap untuk kembali ke ibukota bersama Juna. Sebenarnya harusnya hanya saya yang kembali ke ibukota untuk menyerahkan laporan, tapi Juna malah mengusulkan ide setannya dimana dia meminta ikut dan menawarkan diri untuk menggantikan saya melapor sementara dia akan beralasan bahwa saya ada keperluan mendesak di rumah yang harus dilakukan, padahal nggak ada. Alibi saja supaya bisa kabur dan menemui Ale sebentar.

Saya tau harusnya nggak boleh, saya tau harusnya saya patuh, tapi kalau sudah soal Ale, saya juga nggak bisa apa-apa. Selama dua bulan ini terlalu sulit untuk menghubunginya, bahkan saya terkesan selalu telat merespon apapun yang dia sampaikan. Setidaknya hanya menemuinya sebentar nggak akan jadi masalah.

"Eh, ini bukannya tanggal 13 Februari?" tanya Juna. "Hari peringatan Ibu lu bukan?"

"Oh iya."

"Nah, pas kan. Keperluan mendesak di rumah."

"Masih aja," dengus saya sambil melempar kunci mobil pada Juna. "Nyetir yah."

"Tau gua, tidur sana lu. Perkiraan sampe di ibukota malem yah? Kalo nggak macet."

"Iya."

🌊

Saya membuka mata saya ketika saya merasa kepala saya terbentur sisi mobil dan hal yang saya lihat pertama kali adalah pemandangan malam di depan sebuah area rumah abu.

Butuh beberapa waktu bagi saya untuk benar-benar sadar hingga saya menyadari bahwa di pangkuan saya sudah ada setangkai bunga krisan putih. Saya menengok pada Juna yang tampak sedang sibuk bermain game di handphonenya.

"Sekedar informasi ini jam 23.47, lu punya sekiranya 2 jam untuk ke abu ibu lu sama ngunjungin Ana. Harusnya sih bisa tiga jam, tapi sejamnya lagi lu pake buat di alam mimpi. Jadi cepetan yah, Kapten. Saya harus ngelapor terus jemput Kapten lagi nih buat balik ke pelabuhan," katanya memasukkan handphonenya ke saku celananya.

"Makasih," ujar saya kemudian keluar dari mobil.

"Naik grab yah ke apartemen Ananya!" ujar Juna dari dalam mobil dan saya hanya mengacungkan jempol saya kepada Juna yang setelahnya langsung menginjak gas sehingga mobil menjauhi area rumah abu.

Saya langsung memasuki rumah abu tersebut dan menuju ke rak penyimpanan abu Ibu. Awalnya Ibu memang ingin dimakamkan, tapi Ayah bilang akan lebih baik jika Ibu dikremasikan dan abunya disimpan disini. Ayah bilang beliau nggak ingin Ibu tertidur di dalam dinginnya tanah seorang diri, sehingga beliau memutuskan untuk mengkremasikan jasadnya dan menyimpan abunya di dalam hangatnya sebuah guci di rumah abu.

OCEAN [SVT]Where stories live. Discover now