OCN48: Berpisah Jalan

1K 249 20
                                    

Gua menimbang-nimbang untuk mengantar Juna kembali bertugas hari ini.

Sudah seminggu sejak pertemuan gua dan Juna dimana kami lagi-lagi mengenang sosok Keanu dalam pandangan yang berbeda. Gua sebagai belahan jiwanya yang ditinggalkan di daratan sendirian dan Juna sebagai sosok sahabat yang terikat di lautan namun telah kehilangan sosok penopangnya.

Kami mengenang Keanu sebagai bagian dari luka, sementara Keanu meninggalkan kami sebagai bagian dari dunianya yang tersisa dimemori setiap orang.

Dan selama seminggu itu, baik gua maupun Juna seakan sibuk sendiri dengan dunia kami. Juna dengan dunia yang kini masih kacau dan gua dengan dunia yang kini tengah mencoba menata diri kembali.

Hubungan kami yang semula jenaka, seakan berubah jadi tragedi. Nggak ada lagi candaan ataupun topik nggak jelas diantara kami, nggak ada lagi tawa cand yang mengisi ruang pembicaraan kami yang seharusnya tak pernah ada habisnya itu.

Yang ada sedang hanyalah,
Juna yang tersenyum sedikit dan Aleana yang nggak mau repot tersenyum,
Juna yang serius dan Aleana yang kuat sendirian,
serta Juna yang terus termenung dan Aleana yang menikmati kesepian.

Ibarat jembatan, hubungan gua dan Juna seakan runtuh karena tak ada si penengah yang menggandeng tangan kami bersamaan.
Keanu udah nggak ada, walau begitu yang tersisa cuma keegoisan kami sendiri untuk tetap membiarkan presensinya ada diantara kami yang semakin bertolak belakang.

"Jahat banget yah manusia yang namanya Keanu ini," gerutu gua sambil mengelus kepala Arken yang sedang memakan sarapannya.

"Kalo dateng ke mimpi gua lagi, pasti gua cubitin bikin orang galau mulu!" omel gua entah pada siapa dan entah pada apa, yang jelas gua sekarang mengingat bagaimana wajah menyebalkan Keanu yang tersenyum dikepala gua.

Tring!

Handphone gua berdenting dan ketika gua melihat layar, sebuah notifikasi berisikan nama dan isi pesan seseorang tertera disana.

Juna:
mau antar nggak?

Gua masih menimbang-nimbang apakah gua harus mengantarnya atau nggak, karena sejujurnya gua benci suasana canggung diantara gua dan Juna. Kami sama-sama belum sembuh, gua paham itu, tapi membiarkannya sendirian pun sama aja nggak ada bedanya.

Gua lalu menekan tombol reply yang tersedia,

me:
iya, otw

Gua pun segera membereskan barang-barang gua, sekalian mau pergi ke rumah sakit juga untuk bekerja.

Gua mengendarai mobil gua menuju rumah Juna sesuai dengan share location yang Juna berikan lewat WhatsApp. Jujur aja, gua belum pernah ke rumah Juna, pernahnya ke rumah Keanu waktu rayain ulang tahun Ibunya.

Eh sebentar.

Bukannya Keanu tinggal sama Ayahnya?
Hubungan mereka kurang baik kan?

Gimana keadaannya beliau yah? Begitu pikir gua ketika baru terbesit dibenak gua bahwa ada satu orang penting lainnya yang ditinggalkan Keanu.

Sibuk menyembuhkan diri sendiri, gua justru lupa bahwa ada keberadaan orang-orang lainnya yang sebenarnya sama terluka dengan gua. Juna, Ayah Keanu, para bawahan Keanu, atau mungkin para seniornya, atasannya, bahkan Zeline. Mereka orang-orang yang pastinya juga berusaha menyembuhkan diri mereka akan kenangan mereka bersama Keanu.

"Cinta beneran bikin orang jadi nggak rasional yah? Selamat, Aleana, lu udah jadi orang nggak rasional," gumam gua pada diri sendiri.

OCEAN [SVT]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora